Pernahkah kita tertimpa sesuatu yang dirasa tidak enak, misalkan
terkena bola golf mengenai kepala. Jangan dulu menyalahkan orang lain
yang tidak sengaja melakukannya itu, melainkan periksa, ingat-ingat, apa
yang telah kita lakukan terhadap orang lain. Bisa jadi kita pernah
melempar sesuatu, ternyata mengenai orang lain tanpa kita sengaja,
misalnya. Demikianlah, suatu perbuatan akan nada balasannya. Bahkan
Allah menerangkan dalam QS Ali Imran : 140 tatkala orang-orang beriman
dalam Perang Uhud mendapat luka, bahwa itu merupakan pergiliran dari
Allah atas luka yang telah menimpa kaum kafir.
[Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum
(kafir) itupun (pada perang Badar) mendapat luka yang serupa. Setiap
makhluk yang ada di alam semesta ini, tidak ada satu pun yang luput dari
pengawasan Allah. Dan tidak ada satu pun perbuatan manusia yang tidak
diberikan perhitungannya oleh Allah Yang Maha Menyaksikan. Setiap
kebaikan dan keburukan pasti dibalas dengan adil, meskipun hanya sebesar
zarrah. Baik itu di dunia maupun di akhirat kelak.]
["Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu
sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu
sendiri, dan apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang kedua,
(Kami datangkan orang-orang lain) untuk menyuramkan muka-muka kamu dan
mereka masuk ke dalam masjid, sebagaimana musuh-musuhmu memasukinya pada
kali pertama dan untuk membinasakan sehabis-habisnya apa saja yang
mereka kuasai."] (QS. Al Israa: 7)
Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA dari Nabi SAW, beliau bersabda:“Barangsiapa pernah menganiaya saudaranya, baik yang berhubungan dengan kehormatannya ataupun sesuatu yang lain (harta benda), maka hendaknya ia segera minta dihalalkan (minta ma’af), sebelum tiba masa di mana dinar dan dirham sudah tiada berguna lagi (sebelum datangnya kematian). (Jika hal itu tidak dilakukan). Apabila baginya (memiliki simpanan) amal shalih maka amalnya itu akan diambil (sebagai pengganti) sesuai kadar kedzalimannya. Dan jika dia tidak memiliki (amal) kebaikan, maka kejelekan (dosa-dosa) orang yang teraniaya akan dilimpahkan dan dibebankan kepadanya”. (HR Bukhari)
Memang, kita sering melihat banyak orang yang hidup berkecukupan yang
secara nyata-nyatanya mereka adalah tergolong orang-orang yang sering
berbuat dosa. Lantas bagaimana halnya dengan adanya keyakinan bahwa
balasan dari perbuatan baik adalah kebaikan?
Orang-orang yang sering terlihat berbuat berdosa, namun terlihat
nyaman dengan berbagai kepemilikian duniawinya, walau demikian bagaimana
dengan kondisi hati mereka? Apakah ada ketenangan di hati mereka? Pasti
tidak ada. Karena, hanya dengan berdzikir kepada Allah hati menjadi
tentram. Buat apa memiliki kekayaan duniawi kalau hati gelisah, makan
tidak tenang, tidur tidak nyenyak.
[“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi
tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati
Allah-lah hati menjadi tenteram.”] (QS. Ar Ra’du : 28)
Balasan terbaik bukanlah dengan apa yang ia miliki dari kekayaan
duniawi, tetapi semakin dekat kepada Allah, hati yang semakin mantap,
yakin dan istiqomah dalam beribadah kepada Allah. Di saat kita memiliki
niatan yang baik, kita lantas dituntun oleh Allah, bersabar dalam
berusaha, sehingga saat bertemu dengan rizki semua dilakukan dengan
penuh keberkahan. Ditambah dengan dikeluarkannya sedikit dari rizki yang
kita miliki untuk berjuang di jalan Allah, maka semakin nikmat karunia
yang telah Allah berikan ini.
Jangan pernah merasa tidak adanya pertanggungjawaban atas perbuatan
kita di dunia ini, karena semua hal yang kita lakukan diawasi dan
diperhitungkan oleh Allah untuk diberi balasan bahkan di dunia ini juga,
kecuali perbuatan dosa yang segera dimohonkan ampunan-Nya. Semua hal
akan dipertanggungjawabkan, karena pada hari perhitungan kelak, anggota
tubuh ini akan bersaksi.
["Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada
Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa
yang dahulu mereka usahakan."] (QS. Yaasiin: 65)
Oleh karena itu, berhati hatilah dalam menjaga pikiran dan sikap
kita. Terus bersihkan hati, agar kita semakin mudah dalam merasakan
kehadiran dan pengawasan Allah.
Seseorang yang tauhidnya bagus, dapat dipastikan bahwa akhlaknya juga
terjaga. Karena, dia yakin bahwa Allah Maha Melihat, sehingga dia akan
sibuk dengan Allah tanpa perlu berakting dan berpura-pura.
"Kamu tidak berada dalam suatu keadaan dan tidak membaca suatu ayat dari Al Qur’an dan kamu tidak mengerjakan suatu pekerjaan, melainkan Kami menjadi saksi atasmu di waktu kamu melakukannya. Tidak luput dari pengetahuan Tuhanmu biarpun sebesar zarrah (atom) di bumi ataupun di langit. Tidak ada yang lebih kecil dan tidak (pula) yang lebih besar dari itu, melainkan (semua tercatat) dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh)." (QS. Yunus: 61)
Kita tidak tahu sesuatu yang terjadi di masa depan. Saat ujian di
sekolah, misalnya, sebagai murid tidak akan pernah tahu materi yang
nantinya akan keluar. Sedangkan Allah Maha Tahu apa pun yang akan
terjadi di kemudian hari dengan detail. Jadi…bergantung saja pada Allah,
berdoa dengan sungguh-sungguh, ikhtiar dengan benar dan baik, dan
lakukanlah hal-hal yang Allah sukai, dan berharaplah semua akan
dimudahkan.
0 komentar