Seperti
yang difirmankan oleh Allah dalam Surat Al Hujurat ayat 12, yang
artinya:
Wahai orang-orang beriman,
jauhkanlah dirimu dari banyak berprasangka sesungguhnya sebagian
prasangka itu adalah perbuatan dosa. Dan jangan pula saling memata-matai
maupun menggunjing satu sama lain. Adakah salah seorang diantaramu
gemar memakan daging mayat saudaramu sendiri? Pastilah kamu merasa
jijik! Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Menerima
taubat lagi Maha Penyayang.
Ada dua macam prasangka yaitu prasangka baik (Khusnudh-Dzan) dan prasangka buruk (Su’udh-dzan). Prasangka ini hukumnya terbagi menjadi empat kategori, yakni:
- Haram
- Wajib
- Mustahab (dapat dimengerti)
- Mubah (dapat diterima).
Contoh prasangka yang haram adalah jika seseorang yang mengatakan bahwa Tuhannya tidak mengampuni, memberi cobaan yang terlalu berat dan menganiaya dirinya lalu ia berputus asa. Padahal
Rasulullah pernah bersabda seperti ini:
“Hendaklah kamu senantiasa berbaik sangka kepada Allah sehingga maut merenggutmu” (HR. Muslim)
Contoh
prasangka yang wajib adalah ketika kita dalam perjalanan, tidak
mengetahui arah kiblat dan tak seorangpun dapat menunjukkan kemana arah
kiblat maka kita sholat menghadap ke arah ketetapan yang kita ambil
adalah diperbolehkan. Lalu ada prasangka Mustahab adalah ketika
dianjurkan selalu berperasaan baik kepada setiap muslim, namun tetap
waspada dalam pergaulan tanpa harus menduga-duga apakah seseorang punya
niat jahat kepada kita atau tidak. Prasangka yang mubah terjadi ketika
orang tidak yakin sudah berapa rakaat dia sholat, maka ia harus
menggunakan prasangka yang paling kuat di pikirannya. Selain hal diatas,
semua prasangka adalah termasuk haram, dilarang dan dikutuk oleh Allah.
Mengenai perihal memata-matai Allah jelas melarang mencari-cari dan mengungkapkan rahasia orang lain. Terkecuali itu ada hubungannya dengan rencana perbuatan jahat terhadap diri sendiri, orang lain atau sekelompok kaum muslimin. Kemudian yag terakhir adalah berghibah, yaitu membicarakan perihal orang lain dimana jika yang dibicarakan mendengar maka akan sakit hati atau kecewa. Membicarakan orang lain tanpa kehadiran dirinya adalah perbuatan terlarang, meskipun pembicaraan itu benar adanya. Jika pembicaraan itu bohong, maka dosanya lebih besar lagi yang disebut Buhthan atau tuduhan palsu/bohong.
Bergunjing
adalah suatu perbuatan buruk sampai-sampai Rasulullah pernah mengatakan
bahwa dosa bergunjing itu lebih besar daripada zina.
“ Menggunjing adalah dosa yang lebih buruk dari berzina” (HR. At- Tabrani)
Dijelaskan oleh Rasulullah yang diriwayatkan oleh Abu Said dan Jabir dalam At-Tabrani bahwa, “Allah bisa jadi mengampuni seseorang yang telah berzina dan kemudian menyesali perbuatannya dan memohon ampunanNya. Namun Allah SWT tidak akan memaafkan orang yang menggunjingkan orang lain, sebelum penderita gunjingan itu memaafkannya.”
Dosa
bergunjing memang dosa kecil, namun saking kecilnya orang tidak sadar
telah menumpuk banyak dan akhirnya telah menjadi besar. Rasulullah
sendiri memperingatkan supaya kita berhati-hati dengan dosa kecil karena
dapat mengakibatkan siksaan yang pedih di alam kubur. Semoga momentum
Ramadhan kali ini membuat kita lebih awas dan waspada terhadap dosa-dosa
kecil yang dapat membuat kita bangkrut di akhirat kelak. Aamiin YRA.
0 komentar