Sesungguhnya Allah mempunyai karunia terhadap manusia tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur. QS. Al Baqarah : 243
Usai mereka membayar semua barang belanjaan. Tangan-tangan mereka
sarat dengan tas plastik belanjaan. Baru saja mereka keluar dari toko
swalayan, istri Budiman dihampiri seorang wanita pengemis yang saat itu
bersama seorang putri kecilnya. Wanita pengemis itu berkata kepada istri
Budiman, “Beri kami sedekah, Bu!”
Istri Budiman kemudian membuka dompetnya lalu ia menyodorkan selembar uang kertas berjumlah 1000 rupiah.
Wanita pengemis itu lalu menerimanya. Tatkala ia tahu jumlahnya dan
ternyata itu tidak mencukup kebutuhannya, ia kemudian menguncupkan
jari-jarinya dan ia arahkan kearah mulutnya, kemudian ia memegang kepala
anaknya dan sekali lagi ia mengarahkan jari-jari yang terkuncup itu ke
arah mulutnya. Seolah ia berkata dengan bahasa isyarat, “Aku dan anakku
ini sudah berhari-hari tidak makan, tolong beri kami tambahan sedekah
untuk bisa membeli makanan.”
Mendapati isyarat pengemis wanita itu, istri Budiman pun membalas
isyarat dengan gerak tangannya seolah berkata, “Tidak… tidak, aku tidak
akan menambahkan sedekah untukmu!”
Ironisnya meski ia tidak menambahkan sedekahnya malah istri dan
putrinya Budiman menuju ke sebuah gerobak gorengan untuk membeli
cemilan. Pada kesempatan yang sama Budiman berjalan ke arah ATM center
guna mengecek saldo rekeningnya. Saat itu memang adalah tanggal dimana
ia menerima gajian dari perusahaannya, karenanya Budiman ingin mengecek
saldo rekeningnya.
Ia sudah berada di depan ATM. Ia masukkan kartu ke dalam mesin
tersebut. Ia tekan langsung tombol INFORMASI SALDO. Sesaat kemudian
muncullah beberapa digit angka yang membuat Budiman menyunggingkan
senyum kecil dari mulutnya. Ya, uang gajiannya sudah masuk ke dalam
rekening.
Budiman menarik sejumlah uang dalam bilangan jutaan rupiah dari ATM.
Pecahan ratusan ribu berwarna merah kini sudah menyesaki dompetnya. Lalu
ada satu lembar uang berwarna merah juga, namun kali ini bernilai 10
ribu yang ia tarik dari dompet. Kemudian uang itu ia lipat menjadi kecil
dan ia berniat untuk berbagi dengan wanita pengemis yang tadi meminta
tambahan sedekah.
Budiman memberikan uang itu. Lalu saat sang wanita melihat nilai uang
yang ia terima betapa girangnya dia. Ia berucap syukur kepada Allah dan
berterima kasih kepada Budiman dengan kalimat-kalimat penuh
kesungguhan:
“Alhamdulillah… Alhamdulillah… Alhamdulillah… Terima kasih tuan! Semoga Allah memberikan rezeki berlipat untuk tuan dan keluarga. Semoga Allah memberi kebahagiaan lahir dan batin untuk tuan dan keluarga. Diberikan karunia keluarga sakinah, mawaddah wa rahmah. Rumah tangga harmonis dan anak-anak yang shaleh dan shalehah. Semoga tuan dan keluarga juga diberi kedudukan yang terhormat kelak nanti di surga…!”
Budiman tidak menyangka ia akan mendengar respon yang begitu mengharukan. Budiman mengira bahwa pengemis tadi hanya akan berucap terima kasih saja. Namun, apa yang diucapkan oleh wanita pengemis tadi sungguh membuat Budiman terpukau dan membisu. Apalagi tatkala sekali lagi ia dengar wanita itu berkata kepada putri kecilnya, “Dik, Alhamdulillah akhirnya kita bisa makan juga….!”
Deggg…!!! Hati Budiman tergedor dengan begitu kencang. Rupanya wanita
tadi sungguh berharap tambahan sedekah agar ia dan putrinya bisa makan.
Sejurus kemudian mata Budiman membuntuti kepergian mereka berdua yang
berlari menyeberang jalan, lalu masuk ke sebuah warung tegal untuk makan
di sana.
Budiman masih terdiam dan terpana di tempat itu. Hingga istri dan
putrinya kembali lagi dan keduanya menyapa Budiman. Mata Budiman kini
mulai berkaca-kaca dan istrinya pun mengetahui itu. “Ada apa Pak?”
Istrinya bertanya.
Dengan suara yang agak berat dan terbata Budiman menjelaskan:
“Aku baru saja menambahkan sedekah kepada wanita tadi sebanyak 10 ribu rupiah!”
Awalnya istri Budiman hampir tidak setuju tatkala Budiman menyatakan
bahwa ia memberi tambahan sedekah kepada wanita pengemis, namun Budiman
melanjutkan kalimatnya:
“Bu…, aku memberi sedekah kepadanya sebanyak itu. Saat menerimanya, ia berucap hamdalah
berkali-kali seraya bersyukur kepada Allah. Tidak itu saja, ia
mendoakan aku, mendoakan dirimu, anak-anak dan keluarga kita. Panjaaaang
sekali ia berdoa!
Dia
hanya menerima karunia dari Allah Swt sebesar 10 ribu saja sudah
sedemikian hebatnya bersyukur. Padahal aku sebelumnya melihat di ATM
saat aku mengecek saldo dan ternyata di sana ada jumlah yang mungkin
ratusan bahkan ribuan kali lipat dari 10 ribu rupiah. Saat melihat saldo
itu, aku hanya mengangguk-angguk dan tersenyum. Aku terlupa bersyukur,
dan aku lupa berucap hamdalah.
Bu…, aku malu kepada Allah! Dia terima hanya 10 ribu begitu
bersyukurnya dia kepada Allah dan berterimakasih kepadaku. Kalau memang
demikian, siapakah yang pantas masuk ke dalam surga Allah, apakah dia
yang menerima 10 ribu dengan syukur yang luar biasa, ataukah aku yang
menerima jumlah lebih banyak dari itu namun sedikitpun aku tak berucap hamdalah.”
Budiman mengakhiri kalimatnya dengan suara yang terbata-bata dan
beberapa bulir air mata yang menetes. Istrinya pun menjadi lemas setelah
menyadari betapa selama ini kurang bersyukur sebagai hamba.
Ya Allah, ampunilah kami para hamba-Mu yang suka lalai atas segala nikmat-Mu!
0 komentar