Pertanyaan:
Bagimana ya ngajak anak belajar qur’an?
Gimana ngajak Hafalan surat2 pendek dg cara yg menarik? Maksudnya anak
balita. Iinfo umur anak 3th n 1,5th. Si kakak, di tpa dah dikenalkan
hijaiyah n tanda bacanya, tp kalo di rmh tdk mau, katanya iqro di tpa
aj, sedih deh umminya…
1. Belajar MEMBACA QUR’AN idealnya
dimulai pd saat anak usia 7 thn. Plg cepat 6 thn. Belajar seperti ini
harus melihat konsep atau cara berpkir anak. Anak2 < 7 th secara
umum, konsep berpikirnya konkrit, sedangkan huruf2 latin, dan termasuk
hijaiyah itu adalah symbol/lambang abstrak. JD itu sebabnya byk anak
balita kesulitan utk belajar CALISTUNG, karena memang blm sesuai dg
usianya.
2. BERBEDA DG BELAJAR MENGHAFAL QUR’AN,
yg justru baik dimulai sedini mungkin, sejak bayi pun anak boleh
diajarkan hafalan QUR’AN. Imam Syafii sudah hafidz usia 6 tahun. Agar tk
jd beban dlm menghafal qur’an, hindari penuh tekanan dlm menghafalnya.
Buat tantangan2 (chalenging) sesuai kemampuan anak dan orangtua sendiri.
JIKA HAFAL 5 surat misalnya dpt hadiah 2 buku. 10 surat 5 buku. 1 Juz
dpt sepeda. 10 Juz dpt umroh.
3. Sesering mungkin perdengarkan
berulang-ulang murottal qur’an, karena suara yg diulang2 ini akan
otomatis masuk ke dlm alam bawah sadar anak, sebagaimana anak tanpa kta
ajarkan dpt dg mudah mengingat dg baim syair puluhan lagu.
4. Orangtua yang ingin anaknya hafal
qur’an harus punya keyakinan dan tekad yg kuat. Bahw hafal qur’an itu
utk kepentingan anaknya sendiri, bkn keepentingan orangtuanya. Bukan utk
dibangga2kan orangtuanya, tp utk anak mencintai qur’an itu sendiri,
agar hidup anak terwarnai qur’an itu sendiri.
Karena itu orangtua jg harus istiqomah
dan rajin utk melakukan MUROJA’AH dg anak, membuat anak menyetor
hafalannya tanpa harus merasa dtest dg misalnya melafalkan bersama2
setiap hari berulang yg menjadi hafalan anak, meski orangtua sendiri
menggunakan qur’an langsung dibaca sementara anaknya melafalkan lisan.
5. Harus dsadari dr awal, jika anak
sekadar bisa HAFAL DAN MEMBACA, hidup anak blum tentu ter-drive qur’an
itu sendiri. Hafidz qur’an di Indonesia sgt berbeda hafidz qur’an di
palestin misalnya, karena umumnya mereka MEMAKNAI DAN MENGERTI APA yg
mereka ucapkan, apa yg mereka hafalkan, karena itu bahasa mereka. Dan
ini dpt mempengaruh perilku anak2 dan org dewasa yg hafidz qur’an.
Tp, ini blom tentu terjadi di Indonesia.
karena itu jika orangtua ingin anaknya hafal qur’an, idealnya dsertai
dg program tambahan, pelajaran MEMAKNAI QUR’AAN, anak diajarkan utk
mengerti bahasa arab, atau setidak2nya dceritakan makna setiap ayat yg
mereka hafalkn, sedkit demi sedikit
6. Sebenarnya, mengajak anak mencintai
Qur’an tidak harus menunggu anak bisa MEMBACA QUR’AN. Jauh sebelum anak
bisa MEMBACA HURUF-HURUF DI ALQUR’AN, sebaiknya anak diajak dulu untuk
mencintai Qur’an. Anak bisa diajak mencintai qur’an dengan cara
mengenalkan isi Qur’an pada anak pada anak terlebih dahulu. Ini adalah
ikhtiar untuk anak selalu ‘mau’ untuk tertarik dengan Al-Qur’an. Bisa
membaca Qur’an sejak dini bukanlah jaminan anak setelah dewasa mau
mengkaji isi Qur’an. Bahkan, memaksa anak bisa membaca Qur’an bukan pada
waktunya justru kontraproduktif dengan tujuan mencintai Qur’an itu
sendiri.
Itu sebabnya, dalam hadits yang mahsyur
tentang mengajarkan sholat pada anak misalnya, Rasulullah
mencontohkannya mulai sejak 7 tahun. Mengapa tidak dibawahnya? Mengapa
tidak usia 4 thn? Apalagi usia 3 tahun? Karena memang ‘konsep berpikir’
anak 7 tahun tentu lebih matang daripada anak2 dibawahnya secara umum.
Survei saya pada ratusan orang, banyak
dari mereka bisa membaca Qur’an sejak dini, tapi hanya segelintir dari
mereka yang dewasanya kemudian mau ‘tertarik’ mengkaji isi Qur’an. Sebab
mengkaji isi Qur’an adalah motivasi, sedangkan membaca Qur’an adalah
kompetensi.
Di Al-Qur’an, banyak sekali cerita,
kisah, yang dapat diterangkan pada anak dan jika disampaikan dengan
bahasa anak-anak dapat membuat anak justru betah dengan Qur’an. Ada
cerita binatang, ada cerita Nabi-nabi, ada cerita orang-orang shalih.
Al-Qur’an adalah sumber cerita yang kaya untuk anak-anak kita. Seru,
sedih, gembira, ada di dalam Al-Qur’an. Bagi yang sudah ikut PSPA
mungkin Abah pernah bercerita sedikit bagaimana metode ini dikenalkan
pada anak.
Salam
0 komentar