إِنَّ إِلَيْنَا إِيَابَهُمْ (25) ثُمَّ إِنَّ عَلَيْنَا حِسَابَهُمْ (26)
“Sungguh, kepada Kami-lah mereka kembali. kemudian sesungguhnya (kewajiban) Kami-lah membuat perhitungan atas mereka.” (QS. Al-Ghasyiyah: 25 – 26)Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sering berdoa di dalam sholat dengan mengucapkan:اَللَّهُمَّ حَاسِبْنِيْ حِسَابًا يَسِيْرَاAllohumma haasibni hisaaban yasiiro (Ya Allah, hisablah diriku dengan hisab yang mudah)Kemudian ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha bertanya tentang apa itu hisab yang mudah? Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Allah memperlihatkan kitab (hamba)-Nya kemudian Allah memaafkannya begitu saja. Barangsiapa yang dipersulit hisabnya, niscaya ia akan binasa.” (Diriwayatkan oleh Ahmad, VI/48, 185, al-Hakim, I/255, dan Ibnu Abi ‘Ashim dalam Kitaabus Sunnah, no. 885. Hadits ini dinilai shohih oleh al-Hakim dan adz-Dzahabi).
Israfil meniupkan terompet yang kedua kalinya. Semua manusia yang mati dibangkitkan dan dikumpulkan di padang mahsyar
Padang Mahsyar adalah suatu tempat manusia dikumpulkan setelah dibangkitkan dari mati. Tempatnya merupakan padang pasir yang bewarna putih yang teramat luas seluas mata memandang. Ini menjadi tempat untuk menghimpunkan semua manusia yang bermula dari Nabi Adam hingga hari kiamat. Yang mungkin berjumlah ratusan billion manusia.
Rasulullah SAW adalah termasuk orang yang pertama kali dibangkitkan kemudian disusullah kekasih-kekasih Allah yang lainnya.
Karena jasad sudah hancur dan berubah jadi tanah kecuali pangkal tulang ekor maka manusia dibangkitkan dari pangkal tulang ekor tersebut untuk dikembalikan kepada jasad yang lama dan bukan dengan jasad yang baru kecuali 10 orang yang dibangkitkan tidak dengan hal tersebut yaitu jasad orang-orang yang tidak hancur jasadnya walau telah beribu-ribu tahun berkalang tanah ialah :
- jasad para Nabi.
- Jasad orang yang gugur dimedan perang.
- Jasad para ulama.
- Jasad para syuhada’ (orang-orang yang mati syahid)
- Jasad orang yang hafal Al-Qur’an.
- Jasad pemimpin yang adil.
- Jasad orang yang ahli adzan (muadzin).
- Jasad perempuan yang mati saat melahirkan.
- Jasad orang yang mati dibunuh dengan zhalim (aniaya)
- Jasad orang yang mati pada hari Jum’at baik siang atau malamnya.
Setiap hamba akan dibangkitkan sesuai dengan keadaannya ketika meninggal dan dalam keadaan :
- Telanjang dan tampa alas kaki kecuali Nabi dan keluarganya dan orang-orang yang berpuasa Rajab, Sya’ban dan Ramadhan secara rutin.
- Lesu, lapar dan haus kecuali orang-orang yang berpuasa Rajab, Sya’ban dan Ramadhan secara rutin karena malaikat Ridwan akan memanggil Ghilman dan Wildan (pelayan-pelayan dari syurga yang terdiri dari anak-anak yang belum akil baligh) mereka datang dengan membawa makanan minuman dan buah-buahan dari surga untuk diberikan kepada orang-orang yang berpuasa.
- Dengan raut muka yang berbeda-beda, ada yang muka berseri-seri, memandangi Pemelihara mereka, dan ada yang masam. Ada yang bersinar dan tertawa, dan ada yang berdebu, digelapkan. Ada yang merendah (mungkin kerana takut atau malu) dan ada yang riang. Ada pula dengan muka yang hitam karena kafir. Ada juga yang dibangkitkan dalam keadaan buta karena berpaling dan tidak mengindahkan ayat-ayat Allah.
Di sinilah tempat manusia ditanya tentang umurnya untuk apa ia habiskan, ilmunya untuk apa ia amalkan , hartanya dari mana ia peroleh dan kemana ia habiskan dan badannya untuk apa ia gunakan
Pada masa ini pertalian kekeluargaan termasuk kerabat yang bertalian darah tidak bermanfaat lagi. Bapa tidak membela anak, dan anak tidak membela bapa. Sahabat juga menjadi musuh kecuali orang-orang yang bertaqwa.
Golongan jin juga dikumpul dan ditanya. Antara yang ditanya adalah mengenai pengambilan mereka daripada golongan manusia. Sahabat-sahabat mereka daripada golongan manusia pula mengaku telah mendapat kesenangan daripada mereka.
Tiga orang yang akan disalami oleh para malaikat pada hari mereka dibangkitkan dari kuburnya, mereka adalah orang-orang yang mati syahid, orang yang berpuasa Ramadhan dan orang yang berpuasa pada hari Arafah.
Manusia akan dikelompokkan pada umat nabi masing-masing misalnya :
- Kelompok umat Yahudi dengan saksi nabi Musa
- Kelompok umat Nasrani (bani Israil, sesudah nabi Isa) dengan saksi nabi Isa
- Kelompok umat Islam dengan saksi nabi Muhammad
Kemudian dibagikan buku amal masing-masing orang, amal buruk di tangan kiri dan amal baik di tangan kanan. Semua catatan amalan akan diperhitungankan segala amal kebaikan dan amal keburukan
Siapa yang amal baiknya lebih banyak dari pada amal buruknya, maka akan ditempatkan di surga di tingkat langit yang ke sekian tergantung dari seberapa banyak amal baiknya. Misal yang paling sedikit amal baiknya akan ditempatkan di surga langit ke 1, yg lebih banyak langit ke 2 dan seterusnya. Mereka menerima ganjarannya berupa kenikmatan secara abadi sesuai dengan tingkat surganya masing-masing.
Siapa yang amal buruknya lebih banyak dari pada amal baiknya, maka akan ditempatkan di neraka dengan tingkatan yang berbeda, tergantung seberapa banyak amal buruknya. Semuanya akan menerima dengan adil.
Kelompok yang tidak percaya Tuhan dan menyekutukan Tuhan adalah pendosa besar, amal buruknya sangat berat dan tidak mungkin diimbangi dengan semua amal baik. Hingga mereka akan berserak dan berbeda dari kelompok tiga diatas.Kelompok ini akan ditempatkan di neraka dan menerima siksa secara abadi tampa adanya timbangan amal.
Apakah Binatang Juga Dihisab?
Sesungguhnya makhluk yang pertama kali diadili oleh Allah Ta’ala adalah binatang, bukan manusia ataupun jin. Allah Ta’ala berfirman:
وَإِذَا الْوُحُوْشُ حُشِرَتْ (5)
“Dan apabila binatang-binatang liar dikumpulkan.” (QS. At-Takwir: 5), yakni dikumpulkan di hari Kiamat untuk diadili.
وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي اْلأَرْضِ وَلاَ طَائِرٍ يَطِيْرُ بِجَنَاحَيْهِ إِلاَّ أُمَمٌ أَمْثَالُكُمْ مَا فَرَّطْنَا فِي الْكِتَابِ مِنْ شَيْءٍ ثُمَّ إِلَى رَبِّهِمْ يُحْشَرُوْنَ (38)
“Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat-umat (juga) sepertimu. Tiadalah Kami lupakan sesuatu apapun di dalam Al-Kitab kemudian kepada Rabb-lah mereka dihimpunkan.” (QS. Al-An’aam: 38)
Syaikh Muhammad bin Sholih al-‘Utsaimin rahimahullah mengatakan, “Pada hari Kiamat kelak, seluruh binatang akan dikumpulkan, sedangkan manusia menyaksikannya. Kemudian binatang-binatang itu diadili, sehingga binatang yang tidak bertanduk akan menuntut balas terhadap binatang bertanduk yang telah menanduknya di dunia. Setelah binatang tersebut diqishosh, Allah akan mengubahnya menjadi tanah. Allah melakukannya untuk menegakkan keadilan di antara makhluk-Nya.” (Tafsiir Juz ‘Amma, hal. 70)
Hisabnya hewan ini disaksikan oleh para Malaikat, orang-orang yang beriman dan juga orang-kafir. Setelah binatang diadili, Allah Ta’ala berfirman: “Jadilah tanah!” Maka binatang-binatang itu berubah menjadi tanah. Tatkala melihat hewan itu diubah menjadi tanah, orang-orang kafir itu mengatakan, “Alangkah baiknya jika aku menjadi tanah.”
Inilah salah satu makna firman Allah Ta’ala:
وَيَقُوْلُ الْكَافِرُ يَا لَيْتَنِي كُنْتُ تُرَابًا (40)
“Dan orang kafir itu berkata, “Alangkah baiknya sekiranya aku menjadi tanah saja.” (QS. An-Naba: 40).
Hisabnya Seorang Mukmin, Kafir dan Munafiq
Sesungguhnya Allah mengadili hamba-Nya yang mukmin seorang diri pada hari Kiamat, tidak seorang pun yang melihatnya dan tidak seorang pun yang mendengarnya. Allah Ta’ala benar-benar menutupi aibnya sehingga tidak seorang pun yang mengetahuinya. Allah menunjukkan kesalahan-kesalahannya dan berkata kepadanya: “Apakah kamu mengetahui dosa ini? Apakah kamu mengakui dosa ini?” Maka dia menjawab, “Ya wahai Rabb-ku, aku mengetahuinya.” Tiap kali ditunjukkan dosa-dosanya, ia terus mengakuinya sampai-sampai ia merasa pasti binasa.
Sesungguhnya Allah mengadili hamba-Nya yang mukmin seorang diri pada hari Kiamat, tidak seorang pun yang melihatnya dan tidak seorang pun yang mendengarnya. Allah Ta’ala benar-benar menutupi aibnya sehingga tidak seorang pun yang mengetahuinya. Allah menunjukkan kesalahan-kesalahannya dan berkata kepadanya: “Apakah kamu mengetahui dosa ini? Apakah kamu mengakui dosa ini?” Maka dia menjawab, “Ya wahai Rabb-ku, aku mengetahuinya.” Tiap kali ditunjukkan dosa-dosanya, ia terus mengakuinya sampai-sampai ia merasa pasti binasa.
Lalu Allah Ta’ala berfirman kepadanya:
فَإنِّي قَدْ سَتَرْتُهَا عَلَيْكَ فِي الدُّنْيا، وَأَنَا أَغْفِرُهَا لَكَ الْيَوْمَ
“Sesungguhnya Aku telah menutupi dosa-dosamu di dunia, dan sekarang Aku mengampuni dosa-dosamu.” Kemudian diberikan kepadanya catatan amal kebaikannya.” (Hadits shohih. Diriwayatkan oleh al-Bukhari, VIII/353 –Fat-h, dan Muslim, no. 2768)
Kaum muslimin rahimakumullah, ini adalah karunia besar yang Allah ‘Azza wa Jalla berikan kepada seorang mukmin. Allah Ta’ala menutupi aib seorang mukmin dan tidak membongkarnya di depan umum.
Alhamdulillah, Allah Ta’ala telah menutupi dosa-dosa kita yang begitu banyaknya. Oleh karena itu, kita harus banyak bertaubat kepada-Nya dan memohon ampun kepada-Nya dari segala dosa. Mudah-mudahan Allah Ta’ala menghapus dosa-dosa tersebut.
Adapun orang-orang kafir dan munafiq, mereka akan dipanggil di hadapan seluruh makhluk. Para saksi akan menyeru mereka di hadapan seluruh makhluk:
Alhamdulillah, Allah Ta’ala telah menutupi dosa-dosa kita yang begitu banyaknya. Oleh karena itu, kita harus banyak bertaubat kepada-Nya dan memohon ampun kepada-Nya dari segala dosa. Mudah-mudahan Allah Ta’ala menghapus dosa-dosa tersebut.
Adapun orang-orang kafir dan munafiq, mereka akan dipanggil di hadapan seluruh makhluk. Para saksi akan menyeru mereka di hadapan seluruh makhluk:
هَؤُلآءِ الَّذِيْنَ كَذَبُوْا عَلَى رَبِّهِمْ أَلاَ لَعْنَةُ اللهِ عَلَى الظَّالِمِيْنَ (18)
“Orang-orang inilah yang telah berdusta terhadap Rabb mereka.” Ingatlah, laknat Allah (ditimpakan) atas orang-orang yang zholim.” (QS. Huud: 18)
Apakah Bangsa Jin Juga Dihisab?
Sesungguhnya jin juga akan dihisab karena mereka juga dibebani syari’at. Mereka akan dihisab dan diberikan balasan atas amal mereka. Oleh karena itu, jin yang kafir juga akan dimasukkan ke dalam Neraka. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
Sesungguhnya jin juga akan dihisab karena mereka juga dibebani syari’at. Mereka akan dihisab dan diberikan balasan atas amal mereka. Oleh karena itu, jin yang kafir juga akan dimasukkan ke dalam Neraka. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
اُدْخُلُوْا فِيْ أُمَمٍ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِكُمْ مِنَ الْجِنِّ وَالإِنْسِ فِي النَّارِ (38)
“Masuklah kamu sekalian ke dalam Neraka bersama umat-umat jin dan manusia yang telah terdahulu sebelum kamu.” (QS. Al-A’raaf: 38)
Demikian pula sebaliknya, bangsa jin yang beriman juga akan masuk ke dalam Surga dan merasakan kenikmatan-kenikmatan yang ada di dalamnya.
Catatan : Ada perbedaan pendapat di antara para ulama, apakah jin yang sholih juga masuk Surga.
Catatan : Ada perbedaan pendapat di antara para ulama, apakah jin yang sholih juga masuk Surga.
Penulis: dr. Muhaimin Ashuri
Muroja’ah: Ustadz Aris Munandar, MA
Muroja’ah: Ustadz Aris Munandar, MA
0 komentar