Jangan malu untuk berubah menjadi lebih baik, biarkan orang lain ngomong apapun, yang penting kita berubah karena ALLAH
Mudah menuding orang lain, mudah merasa diri sendiri yang paling benar.. berpura-pura menebar senyum tapi dibelakang menebar paku..
Apakah kita sadar bahwa apa yang kita ucapkan atau sekecil apapun tudingan buruk itu kepada orang lain, benar-benar mempunyai dasar ? Bisakah seseorang yang berbicara dan mudah menuding itu membaca dan melihat isi hati orang lain?
Hanya ALLAH Maha Pencipta yang paling berhak menilai..
Hanya ALLAH lah yang tahu isi hati yang terdalam dari manusia itu..
Allah Subhaanahu Wa Ta’aalaa berfirman,
Allah Subhaanahu Wa Ta’aalaa berfirman,
“Maka janganlah kamu menganggap dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui siapa orang yang bertakwa.” (an-Najm: 32)
Seburuk apapun penilaian orang lain.. Hanya manusia itulah yang bertanggung jawab dengan dirinya sendiri kepada Penciptanya, bukan orang lain yang sibuk menghabiskan energinya sendiri dan menyakiti orang lain.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi Wasallaam bersabda: "Sesungguhnya dahulu di kalangan Bani Israil ada dua orang yang bersaudara. Salah satunya seorang pendosa, sedangkan yang lainnya seorang yang rajin beribadah. Dan bahwasanya sang ahli ibadah selalu melihat saudaranya bergelimang dosa, maka ia berkata: “Kurangilah!” Pada suatu hari ia mendapatinya dalam keadaan berdosa, maka ia berkata: “Kurangilah!” Berkata si pendosa: “Biarkanlah antara aku dan Rabb-ku! Apakah engkau diutus untuk menjadi penjagaku?” Sang ahli ibadah berkata: “Demi Allah, Allah tidak akan mengampunimu!” Atau: “Demi Allah, Allah tidak akan memasukkanmu ke dalam surga!” Dicabutlah ruh kedua orang tersebut dan dikumpulkan di sisi Allah.
Maka Allah berfirman kepada ahli ibadah: “Apakah engkau mengetahui tentang Aku? Ataukah engkau merasa memiliki apa yang ada di tangan-Ku?” Dan Allah berkata kepada si pendosa: “Pergilah engkau dan masuklah ke surga dengan rahmat-Ku!” Dan berkata kepada ahli ibadah: “Bawalah ia ke dalam neraka!” (HR Ahmad dan Abu Dawud, Syaikh Al-Albani dalam Shahih Jami’ ash-Shaghir)
Kalau kita beruntung berada ditempat yang tepat, bukan berarti mereka yang berada ditempat yang tidak terlalu bagus..adalah rendah nilainya dibanding kita..sekali lagi.. alangkah indahnya dunia jika kita tidak menghabiskan waktu untuk memburukkan orang lain kemudian membenarkan diri sendiri…meremehkan orang lain dan memandang mereka sebelah mata, sekali lagi..hidup ini hanya tempat transit untuk berbenah diri..menuju tempat yang sepantasnya di surga sana yang kita semua manusia mengimpikannya.
"Jangan pernah merasa diri kita lebih baik daripada orang lain"
Saya sendiri disini sadar saya juga manusia yang penuh dosa, saya juga tidak tahu seperti apa itu sorga, yang saya tahu.. dan pernah saya dengar, yang ditanyakan pada kita suatu kelak adalah bukan seberapa banyak kebaikan atau kejahatan yang kita lakukan.
Tapi seberapa banyak CINTA Kasih yang tulus dan menghargai orang lain yang kita lakukan dalam setiap tindakan..itulah hati yang murni.. bukan pada kebaikan yang kita lakukan tapi terus disebut..bukan pada keinginan diakui..dan mempunyai maksud terselubung.. tapi semua kembali pada hati yang pasrah..melakukan semua karena sadar bahwa kita semua sama di mata ALLAH.
Sebagai Renungan :
Sebagai Renungan :
Ibnul Qoyyim rahimahullah menukilkan perkataan seorang salaf, "Sesungguhnya seorang hamba benar-benar melakukan sebuah dosa, dan dengan dosa tersebut menyebabkan ia masuk surga. Dan seorang hamba benar-benar melakukan sebuah kebaikan yang menyebabkannya masuk neraka. Ia melakukan dosa dan dia senantiasa meletakkan dosa yang ia lakukan tersebut di hadapan kedua matanya, senantiasa merasa takut, khawatir, senantiasa menangis dan menyesal, senantiasa malu kepada Rabb-Nya, menunudukan kepalanya dihadapan Rabbnya dengan hati yang luluh. Maka jadilah dosa tersebut sebab yang mendatangkan kebahagiaan dan keberuntungannya. Hingga dosa tersebut lebih bermanfaat baginya daripada banyak ketaatan."
"Dan seorang hamba benar-benar melakukan kebaikan yang menjadikannya senantiasa merasa telah berbuat baik kepada Rabbnya dan menjadi takabbur dengan kebaikan tersebut, memandang tinggi dirinya dan ujub terhadap dirinya serta membanggakannya dan berkata, `Aku telah beramal ini, aku telah berbuat itu`. Maka hal itu mewariskan sifat ujub dan kibr (takabur) pada dirinya serta sifat bangga dan sombong yang merupakan sebab kebinasaannya…" (Al-Wabil As-Shoyyib 9-10) Wallahualam
Semoga kita bisa mengambil hikmah dari kisah ini, Bahwasannya Allah Swt tidak menyukai kepada siapa saja hamba-Nya yang bersifat sombong juga merasa diri nya lebih baik dari orang lain, Naudzubillah. Sesungguhnya Allah Swt Maha Pengampun, lagi Mahabijaksana.
MEMAAFKAN dengan UCAPAN barulah separuh perjalanan, separuhnya lagi MEMAAFKAN dengan PERBUATAN.
0 komentar