Kemudian Bani Luhayan mengirim sekitar 100 orang ahli
panah untuk mengejar para mata-mata Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Mereka berhasil menemukan sisa makanan berupa biji kurma yang
mereka makan di tempat istirahat itu. Mereka berkata, ‘Ini adalah biji
kurma Madinah, kita harus mengikuti jejak mereka.’
Ashim merasa
rombongannya diikuti Bani Luhayan, kemudian mereka berlindung di sebuah
kebun. Bani Luhayan berkata, ‘Turun dan menyerahlah, kami akan membuat
perjanjian dan tidak akan membunuh salah seorang di antara kalian.’
Ashim bin Tsabit berkata, ‘Aku tidak akan menyerahkan diri pada orang
kafir.’ Lalu memanjatkan doa, ‘Ya Allah, beritakan kondisi kami ini
kepada Nabi-Mu shallallahu ‘alaihi wa sallam.’
Rombongan Bani Luhayan melempari utusan Rasulullah dengan tombak,
sehingga Ashim pun terbunuh. Utusan Rasulullah tinggal tiga orang,
mereka setuju untuk membuat perjanjian.
Mereka itu adalah Hubaib, Zaid bin Dasnah dan seorang lelaki yang
kemudian ditombak pula setelah mengikatnya. Laki-laki yang ketiga itu
berkata, ‘Ini adalah penghianatan pertama. Demi Allah, aku tidak akan
berkompromi kepadamu karena aku telah memiliki teladan
(sahabat-sahabatku yang terbunuh).’
Kemudian rombongan Bani
Hudhail membawa pergi Hubaib dan Zaid bin Dasnah, mereka berdua dijual.
Ini terjadi setelah peperangan Badar. Adalah Bani Harits bin Amr bin
Nufail yang membeli Hubaib. Karena Hubaib adalah orang yang membunuh
al-Harits bin Amir pada peperangan Badar. Kini Hubaib menjadi tawanan
Bani al-Harits yang telah bersepakat untuk membunuhnya.
Pada
suatu hari Hubaib meminjam pisau silet dari salah seorang anak perempuan
al-Harits untuk mencukur kumisnya, perempuan itu meminjaminya.
Tiba-tiba anak laki-laki perempuan itu mendekati Hubaib bahkan duduk
dipangkuannya tanpa sepengetahuan ibunya.
Sementara tangan kanan
Hubaib memegang silet. Wanita itu berkata, ‘Aku sangat kaget.’ Hubaib
pun mengetahui yang kualami. Hubaib berkata, ‘Apakah kamu khawatir aku
akan membunuh anakmu? Aku tidak mungkin membunuhnya.’
Wanita itu
berkata, ‘Demi Allah aku tidak pernah melihat tawanan sebaik Hubaib. Dan
demi Allah pada suatu hari, aku melihat Hubaib makan setangkai anggur
dari tangannya padahal kedua tangannya dibelenggu dengan besi, sementara
di Makkah sedang tidak musim buah. Sungguh itu merupakan rizki yang
dianugrahkan Allah kepada Hubaib.’
Ketika Bani al-Harits membawa
keluar Hubaib dari tanah haram untuk membunuhnya, Hubaib berkata,
‘Berilah aku kesempatan untuk mengerjakan shalat dua rakaat.’ Mereka
mengizinkan shalat dua rakaat. Hubaib berkata, ‘Demi Allah, sekiranya
kalian tidak menuduhku berputus asa pasti aku menambah shalatku.’ Lalu
Hubaib memanjatkan doa, ‘Ya Allah, susutkanlah jumlah bilangan mereka,
musnahkanlah mereka, sehingga tidak ada seorang pun dari keturunannya
yang hidup,’ lalu mengucapkan syair:
Mati bagiku bukan masalah, selama aku mati dalam keadaan IslamDengan cara apa saja Allah lah tempat kembalikuSemua itu aku kurbankan demi Engkau Ya AllahJika Engkau berkenan,berkahilah aku berada dalam tembolok burung karena lukaku (syahid)
Lalu
Abu Sirwa’ah Uqbah bin Harits tampil untuk membunuh Hubaib. Hubaib
adalah orang Islam pertama yang dibunuh dan sebelum dibunuh melakukan
shalat.
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam memberitahu
para sahabat pada hari disiksanya Hubaib, bahwa kaum Quraisy mengutus
beberapa orang untuk mencari bukti bahwa Ashim bin Tsabit telah terbunuh
dalam peristiwa itu, mereka mencari potongan tubuh Ashim. Karena Ashim
adalah yang membunuh salah seorang pembesar Quraisy. Tetapi Allah
melindungi jenazah Ashim dengan mengirim sejenis sekawanan lebah yang
melindungi jenazah Ashim, sehingga orang-orang itu tidak berhasil
memotong bagian tubuh jenazah Ashim sedikit pun.” (HR. Al-Bukhari, no.
3989; Abu Dawud, no. 2660.). (ar/kisahmuslim)
0 komentar