Sesungguhnya dalam setahun terdapat beberapa hari dan waktu tertentu
yang memiliki keutamaan, apabila doa dipanjatkan pada saat itu maka
keutamaan yang lebih besar akan diperoleh, dan lebih memungkinkan untuk
dikabulkan dan diterima oleh Allah. Bagi-Nya-lah hikmah yang sempurna.
وَرَبُّكَ يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ وَيَخْتَارُ مَا كَانَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ سُبْحَانَ اللَّهِ وَتَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُونَ
“Dan Rabb-mu menciptakan apa yang Dia kehendaki dan memilihnya.” (QS. Al Qashash: 68)
Dengan kesempurnaan hikmah-Nya, kekuasaan-Nya serta kesempurnaan
ilmu dan pengetahuan-Nya, Dia memilih di antara sekian makhluk-Nya,
berbagai waktu, tempat dan individu kemudian mengistimewakan mereka
dengan tambahan keutamaan, perhatian lebih dan karunia yang melimpah.
Hal ini merupakan salah satu tanda terbesar akan kekuasaan
Rububiyah-Nya, bukti terkuat akan keesaan-Nya dan ketunggalan-Nya dalam
sifat kesempurnaan. Segala urusan diatur oleh-Nya, sebelum dan
sesudahnya, Dia menentukan segala sesuatu bagi ciptaan-Nya sesuai yang
dikehendaki-Nya dan menetapkan bagi mereka apa yang Dia kehendaki.
فَلِلَّهِ الْحَمْدُ رَبِّ
السَّمَاوَاتِ وَرَبِّ الأرْضِ رَبِّ الْعَالَمِينَ (٣٦)وَلَهُ
الْكِبْرِيَاءُ فِي السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
“Maka bagi Allah-lah segala puji, Rabb langit, Rabb bumi dan Rabb
semesta alam. Bagi-Nya-lah keagungan di langit dan bumi, Dialah yang
Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al Jatsiyah: 36-37)
Di antara waktu yang Allah istimewakan dengan karunia dan kemuliaan
yang melimpah adalah bulan Ramadhan, Allah memuliakannya daripada yang
lain. Allah juga mengutamakan sepuluh hari terakhir ketimbang hari-hari
yang lain dalam bulan tersebut dan Dia mengutamakan malam Al-Qadr
dengan tambahan karunia dan kedudukan yang agung di sisi-Nya daripada
seribu bulan, memuliakan dan meninggikan kedudukan malam tersebut di
sisi-Nya. Allah menurunkan wahyu dan firman-Nya yang mulia pada malam
tersebut, sebagai petunjuk bagi orang yang bertakwa, sebagai pembeda
baik dan buruk bagi mereka yang beriman, sebagai sinar, cahaya dan
rahmat.
Allah ta’ala berfirman:
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ
مُبَارَكَةٍ إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ (٣)فِيهَا يُفْرَقُ كُلُّ أَمْرٍ
حَكِيمٍ (٤)أَمْرًا مِنْ عِنْدِنَا إِنَّا كُنَّا مُرْسِلِينَ (٥)رَحْمَةً
مِنْ رَبِّكَ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ (٦)رَبِّ السَّمَاوَاتِ
وَالأرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا إِنْ كُنْتُمْ مُوقِنِينَ (٧)لا إِلَهَ إِلا
هُوَ يُحْيِي وَيُمِيتُ رَبُّكُمْ وَرَبُّ آبَائِكُمُ الأوَّلِينَ (٨)
“Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi
dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. Pada malam itu
dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah, (yaitu) urusan yang besar
dari sisi kami. sesungguhnya Kami adalah yang mengutus rasul-rasul,
sebagai rahmat dari Rabbmu. Sesungguhnya Dialah yang Maha mendengar lagi
Maha mengetahui, Rabb yang memelihara langit dan bumi dan apa yang
ada di antara keduanya, jika kamu adalah orang yang meyakini. Tidak ada
Rabb (yang berhak disembah) melainkan Dia, yang menghidupkan dan yang
mematikan (Dialah) Rabb-mu dan Rabb bapak-bapakmu yang terdahulu.” (QS. Ad Dukhaan: 3-8)
Allah ta’ala juga berfirman:
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ
الْقَدْرِ (١)وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ (٢)لَيْلَةُ
الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ (٣)تَنَزَّلُ الْمَلائِكَةُ
وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ (٤)سَلامٌ هِيَ
حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ (٥)
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam
kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan
itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun
malaikat-malaikat dan Malaikat Jibril dengan izin Rabb-nya untuk
mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) keselamatan hingga terbit
fajar.” (QS. Al Qadr: 1-5)
Alangkah agungnya (kedudukan) malam tersebut dibandingkan malam yang
lain, alangkah mulia kebaikannya, dan alangkah melimpahnya keberkahan
di malam tersebut. Malam tersebut lebih baik daripada seribu bulan yang
setara dengan 83 tahun dari umur seseorang. Waktu 83 tahun adalah
waktu yang lama seandainya seorang muslim menghabiskan waktu tersebut
dalam ketaatan kepada Allah ‘azza wa jalla, namun (beribadah pada)
malam Al-Qadr lebih baik daripada hal tersebut, inilah (keuntungan)
bagi mereka yang menggapai keutamaan dan karunia pada malam tersebut.
Mujahid rahimahullah mengatakan, “(Keutamaan) Lailatul Qadr lebih baik daripada keutamaan seribu bulan yang di dalamnya tidak terdapat Lailatul Qadr.” Perkataan serupa diucapkan oleh Qatadah, Asy Syafi’i dan selainnya.
Pada malam yang mulia ini, para malaikat akan lebih banyak turun ke
dunia dikarenakan melimpahnya berkah pada malam tersebut, karena
malaikat akan turun seiring turunnya berkah, yaitu keselamatan (yang
ditebarkan) hingga terbitnya fajar, seluruh kebaikan terkandung dalam
malam tersebut, tidak ada keburukan hingga terbitnya fajar. Pada malam
ini, segala urusan yang penuh hikmah dirinci, maksudnya segala kejadian
selama setahun ke depan ditentukan dengan izin Allah yang Maha Kuasa
dan Maha Bijaksana. Penentuan takdir pada malam tersebut adalah
penentuan takdir tahunan, adapun penentuan takdir secara umum yang
tercantum dalam Lauhul Mahfuzh, maka hal tersebut telah tercatat sejak
50.000 tahun sebelum langit dan bumi diciptakan sebagaimana yang
tertera dalam sebuah hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Sepatutnya seorang muslim bersemangat dalam menelusuri suatu malam
yang memiliki kedudukan seperti ini, agar mendapatkan keberuntungan
dengan pahala yang terdapat pada malam tersebut, mendulang kebaikannya,
memperoleh ganjarannya, dan merengkuh berkahnya. Orang yang merugi
adalah mereka yang tidak mendapatkan pahala pada malam tersebut. Barang
siapa yang melewatkan momen-momen kebaikan, hari-hari tersebarnya
keberkahan dan karunia, sedangkan dirinya senantiasa bergelimang dalam
dosa dan kesesatan serta asyik dalam kedurhakaan, karena dirinya telah
dibinasakan oleh kelalaian dan penyimpangan, kesesatan telah
menghalanginya (dari pintu kebaikan), maka betapa besar kerugian dan
penyesalan yang menimpanya. Seorang yang tidak bersemangat dalam mencari
keuntungan pada malam yang mulia ini, kapankah dirinya akan
bersemangat lagi? Seorang yang tidak bertaubat kepada Allah pada malam
yang mulia ini, kapankah dia akan bertaubat? Dan seorang yang
senantiasa malas dalam melakukan kebaikan di malam ini, maka kapan lagi
dirinya akan beramal?
Sesungguhnya bersemangat dalam mencari malam yang penuh berkah ini,
serta beribadah dan berdoa di dalamnya merupakan ciri orang pilihan dan
mereka yang berbakti kepada Allah. Bahkan dalam malam tersebut mereka
berdoa dengan penuh kesungguhan kepada Allah Dia memberikan ampunan dan
perlindungan bagi mereka, karena segala sesuatu yang akan terjadi pada
diri seseorang selama setahun ke depan ditetapkan pada malam tersebut.
Di malam inilah mereka berdoa dan memohon kepada Allah, dan mereka
bersungguh-sungguh (dalam berbuat kebajikan) selama setahun ke depan
penuh, hanya kepada Allah semata mereka memohon pertolongan dan taufik.
Tirmidzi, Ibnu Majah dan selainnya meriwayatkan dari Ummul Mukminin ‘Aisyah radliallahu ‘anha, beliau berkata,
قلت يا رسول الله أرأيت إن علمت أي ليلة ليلة القدر ما أقول فيها ؟ قال قولي اللهم إنك عفو كريم تحب العفو فاعف عني
Aku berkata kepada Rasulullah, “Wahai Rasulullah, apabila aku
mengetahui waktu malam Al Qadr, apakah yang mesti aku ucapkan pada saat
itu?” Beliau menjawab, “Katakanlah, Allahumma innaka ‘afuwwun, tuhibbul
‘afwa, fa’fu’anni (Yaa Allah sesungguhnya engkau Maha pemberi ampunan,
suka memberi pengampunan, maka ampunilah diriku ini).” (HR. Tirmidzi nomor 3513, Ibnu Majah nomor 3850 dan dishahihkan oleh Al Albani rahimahullah dalam Shahih Ibnu Majah nomor 3105)
Doa yang penuh berkah ini memiliki kandungan makna yang agung,
indikasi yang mendalam, manfaat dan pengaruh yang besar serta sangat
selaras dengan malam yang mulia ini. (Bagaimana tidak?) Bukankah pada
malam tersebut akan di rinci segala urusan yang penuh hikmah, yaitu
segala amalan para hamba ditentukan untuk setahun yang akan datang
hingga malam Al Qadr berikutnya. Maka barang siapa yang diberi rezeki
pada malam itu berupa perlindungan dan pengampunan dari Rabb-nya pada
malam tersebut, maka sungguh dirinya telah beruntung dan mendapatkan
laba yang teramat besar. Barang siapa yang diberikan perlindungan di
dunia dan akhirat, sungguh dirinya telah memperoleh seluruh kebaikan,
karena tidak ada yang setara dengan perlindungan dari Allah.
Bukhari telah meriwayatkan dalam Al Adabul Mufrad dan Tirmidzi dalam Sunan-nya sebuah riwayat dari Al ‘Abbas bin Abdil Muththallib radliallahu ‘anhu, beliau berkata:
يا رسول الله علمني شيئا أسأل الله عز و
جل قال: الله العافية ثم مكثت أياما ثم جئت فقلت يا رسول الله علمني شيئا
أسأل الله, فقال يا عباس يا عم رسول الله سلوا الله العافية في الدنيا
والآخرة
Aku berkata, “Wahai Rasulullah, ajarilah aku sebuah kalimat yang
aku gunakan untuk memohon kepada Allah ‘azza wa jalla.” Maka beliau
menjawab, “Mintalah perlindungan kepada Allah!” Selang selama beberapa
hari, aku kembali mendatangi beliau dan berkata, “Wahai Rasulullah,
ajarilah aku sebuah kalimat yang aku gunakan untuk memohon kepada Allah
‘azza wa jalla,” maka beliau berkata kepadaku, “Wahai ‘Abbas, paman
Rasulullah, mintalah perlindungan di dunia dan akhirat kepada Allah!” (HR. Bukhari dalam Al Adabul Mufrad nomor 726, Tirmidzi nomor 3514 dan dishahihkan Al Albani rahimahullah dalam Shahihul Adab nomor 558)
Bukhari dalam Al Adab dan Tirmidzi dalam Sunan-nya meriwayatkan hadits dari Anas bin Malik radliallahu ‘anhu, dirinya berkata:
أتى النبي صلى الله عليه وسلم رجل فقال
يا رسول الله أي الدعاء أفضل؟ قال سل الله العفو والعافية في الدنيا
والآخرة. ثم أتاه الغد فقال يا نبي الله أي الدعاء أفضل؟
قال سل الله
العفو والعافية في الدنيا والآخرة, فإذا أعطيت العافية في الدنيا والآخرة
فقد أفلحت
Seseorang mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan
berkata, “Wahai Rasulullah! doa apakah yang paling afdhol?” Maka beliau
menjawab, “Mintalah kepada Allah pengampunan dan perlindungan di dunia
dan akhirat!”, Kemudian orang tersebut kembali mendatangi beliau pada
esok harinya dan bertanya, “Wahai nabi Allah! Doa manakah yang paling
afdhol?” Maka beliau berkata, “Mintalah kepada Allah pengampunan dan
perlindungan di dunia dan akhirat, karena apabila engkau diberi
pengampunan dan perlindungan di dunia dan akhirat, maka sungguh engkau
telah beruntung.” (HR. Bukhari dalam Al Adabul Mufrad no. 637, Tirmidzi no. 3512 dan dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahihul Adab no. 495)
Bukhari dalam Al Adabul Mufrad meriwayatkan dari Ausath bin Isma’il, dirinya berkata, Aku mendengar Abu Bakr Ash Shiddiq radhiallahu ‘anhu setelah nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam wafat berkata:
قام النبي صلى الله عليه وسلم عام أول
مقامي هذا ثم بكى أبو بكر ثم قال : عليكم بالصدق فإنه مع البر وهما في
الجنة وإياكم والكذب فإنه مع الفجور وهما في النار وسلوا الله المعافاة
فإنه لم يؤت بعد اليقين خير من المعافاة ولا تقاطعوا ولا تدابروا ولا
تحاسدوا ولا تباغضوا وكونوا عباد الله إخوانا
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berdiri di tempatku
ini, kemudian Abu Bakar menangis. Lalu Nabi berkata, ‘Berlaku jujurlah
kalian! Karena sesungguhnya kejujuran akan diiringi oleh kebaikan dan
keduanya akan (menggiring pelakunya ke dalam) surga. Jauhilah dusta!
Karena dusta akan senantiasa diiringi oleh kemaksiatan dan keduanya
(akan menggiring pelakunya menuju) neraka. Mintalah kepada Allah
perlindungan, karena sesungguhnya tidak ada karunia yang lebih baik,
setelah keimanan daripada perlindungan dari Allah. Janganlah kalian
saling memboikot, saling tidak memperdulikan dan janganlah kalian saling
mendengki dan membenci. Hendaknya kalian menjadi wahai hamba-hamba
Allah menjadi orang-orang yang bersaudara.’” (HR. Bukhari dalam Al Adabul Mufrad nomor 724 dan dishahihkan oleh Al Al Albani rahimahullah dalam Shahihul Adab no. 557)
Oleh karena itu, suatu hal yang baik bagi seorang muslim untuk memperbanyak doa yang penuh berkah ini di setiap waktu dan kondisi, terlebih di malam Al-Qadr, yang di dalamnya segala urusan yang penuh hikmah ditetapkan agar seorang muslim mengetahui bahwa Allah ‘azza wa jalla (adalah Dzat yang) maha pengampun dan maha mulia lagi suka memberi ampunan,
وَهُوَ الَّذِي يَقْبَلُ التَّوْبَةَ عَنْ عِبَادِهِ وَيَعْفُو عَنِ السَّيِّئَاتِ وَيَعْلَمُ مَا تَفْعَلُونَ
“Dan Dialah yang menerima taubat dari hamba-hamba-Nya dan memaafkan kesalahan-kesalahan dan mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Asy Syuuraa: 25)
Allah terkenal senantiasa memberikan ampunan, dan memiliki sifat Maha
pemaaf dan Maha pengampun. Setiap individu membutuhkan ampunan-Nya.
Tidak ada seorang pun yang merasa tidak membutuhkan ampunan-Nya
sebagaimana tidak ada seorang pun yang merasa tidak membutuhkan rahmat
dan karunia-Nya.
Kita memohon kepada Allah agar menaungi diri kita dengan ampunan-Nya,
memasukkan diri kita ke dalam rahmat-Nya, membimbing kita untuk taat
kepada-Nya dan memberi hidayah-Nya kepada kita untuk senantiasa berjalan
di atas jalan yang lurus. [Diterjemahkan dari Buku Syaikh Abdurrazzaq
bin Abdil Muhsin Al Badr, Fiqhul Ad'iyyah wal Adzkar, Al Qismuts Tsalits halaman 258-262, sub bab Ad Du'a Lailatal Qadr]
Segala puji bagi Allah
Selesai diterjemahkan pada tanggal 11 Ramadhan 1428 H
***Penerjemah: Muhammad Nur Ichwan Muslim
Muroja’ah: Ustadz Aris Munandar
(muslim.or.id)
0 komentar