Dalam menjalani hidup yang digariskan Allah Swt mungkin ada getir yang kita rasakan. Seperti hidup yang kadang terasa manis, maka kegetiran menjadi sebuah keniscayaan. Hal yang terbaik adalah senantiasa ridha atas ketetapanNya, dan berbuat yang terbaik untuk mendapatkan
keridhaanNya. Bukan mengeluh, sebab hanya mereka yang tak beriman yang
senantiasa putus harapan.
Seperti kaum muslimin yang menjalani perang Khandaq dalam ayat 214 surat Al Baqarah di muka. "Dalam kondisi paling kritis pun, seorang muslim tidak boleh memiliki prasangka buruk terhadap Allah, apalagi
mengeluh terhadap kondisi yang berlaku. Ketahuilah pertolongan Allah
sungguh amat dekat!"
Sore itu Rabu, tanggal 27 Juni 2007 ada sebuah sms masuk ke hp ustadz Burhan. Sms itu berasal dari Abdul Majid rekannya dan berbunyi: NANTI MALAM SAYA MAU KE RUMAH BA’DA MAGRIB, BOLEH GA?
Sang ustadz menjawab: BOLEH, TAPI JANGAN BA’DA MAGRIB. ABIS ISYA AJA YA…. DITUNGGU!
Abdul Majid membalas lagi: JGN DITUNGGU, KARENA MAU “NGEREPOTIN”. ANGGAP AJA DATENG MENDADAK!
Ustadz Burhan tidak membalas sms terakhir dan benar saja begitu
shalat Isya telah didirikan, Abdul Majid pun datang ke rumah Ustadz.
Abdul Majid datang ke rumah Ustadz Burhan dengan tampang kusut.
Sepertinya dia lagi banyak masalah. Biasa orang sekarang, Hidup sarat
dengan masalah! Saking pusing dengan masalahnya ia langsung berkata
kepada ustadz dan masuk rumahnya tanpa salam:
“Bang Haji, tolongin saya dong pinjemin duit barang tiga juta setengah… Saya lagi pusing nih!”
“Emangnya ada apa Majid?” sang ustadz bertanya balik.
Setahu ustadz Burhan, Abdul Majid adalah anak yang baik. Dia baru
berumur 27 tahun dan belum menikah. Meski demikian, Abdul Majid mau
memikirkan nasib anak-anak yatim di kampungnya, dan ia pun mendirikan
sekolah gratis untuk mereka. Abdul Majid di kampungnya dikenal sebagai
tuan guru.
“Begini… saya pernah janji sama anak-anak di sekolah bahwa kalau
mereka lulus ujian akhir tahun ini saya mau ajak mereka jalan-jalan ke
Jakarta. Semalam saya sudah lihat raport mereka semua. Alhamdulillah
mereka lulus! Tapi tiba-tiba saya terbayang janji saya tempo hari. Malam
tadi saya kalkulasi, keperluan jalan-jalan adalah tiga setengah juta.
Hari Jum’at raport dibagiin dan Sabtu saya mau ajak mereka semua
jalan-jalan…. Tolong dong bang haji, pinjemin saya duit tiga setengah
juta!”
Ustadz Burhan hanya tersenyum mendengar penuturan Abdul Majid. Tulus
sekali anak ini, gumamnya. Demi kepentingan anak-anak yatim sampai
sedemikian hebatnya ia memikirkan.
Sambil tersenyum dan menghibur Ustadz Burhan bilang kepada Abdul Majid:
“Begini…. urusan tiga setengah juta gampang nyarinya. Asal elo dan gua malam ini dan besok mau ngerjain tiga hal:
- Tahajud malam ini.
- Berdoa sungguh-sungguh sama Allah agar Dia mau kasih duit sejumlah itu, dan
- Punya duit berapa sekarang di kantong?”
Kalimat terakhir Ustadz Burhan mengagetkan Abdul Majid. Dengan keheranan ia bertanya, “Ada sih 250 ribu..!”
“Boleh gak disedekahin 100 ribu?!” ustadz Burhan bertanya.
Sambil keheranan Abdul Majid bertanya, “Disedekahin ke Antum?”
“Nggak…. sedekahin aja kemana ente mau! Insya Allah kalo tiga hal ini
elo kerjain, Allah bakal ngedatengin uang yang kita perluin. Asal kita
yakin Allah bakal nolong!”
Pembicaraan antara dua hamba Allah pun terus berlangsung. Hingga
waktu menunjukkan lebih dari jam 9 malam. Ustadz Burhan pun menyuruh
Abdul Majid pulang.
Namun Abdul Majid belum mau berdiri dari kursi. Maka ustadz pun masuk
kamar. Sejurus kemudian dia membawa 5 lembar uang limapuluh ribuan.
Uang itu diberikan kepada Abdul
Majid dan ia pun menghitungnya.
Majid dan ia pun menghitungnya.
Abdul Majid mengira bahwa keperluannya sebesar tiga juta setengah
akan ditutupi oleh ustadz. Matanya berbinar saat melihat ustadz membawa
lembaran kertas berwarna biru itu. Kelima lembar uang itu dihitungnya
dihadapan ustadz. Usai menghitung Abdul Majid berkata, “Kok Cuma dua
ratus lima puluh ribu doang?” Ia bertanya keheranan, mungkin jumlah yang
ia dapati jauh dari harapan.
“Iya… itu cuma segitu doang. Mudah-mudahan itu jadi pancingan. Yang
penting jangan lupa tiga hal tadi. Insya Allah pasti akan ada
pertolongan!” Ustadz Burhan coba menegaskan.
Tapi Abdul Majid masih belum merasa yakin. Meski sudah diantar hingga
ke halaman oleh Ustadz Burhan, ia masih bertanya, “Emangnya bener kalo
saya kerjain 3 hal tadi, saya bisa dapat duit Jum’at pagi?” Terlihat
raut kebimbangan pada wajah Abdul Majid.
“Jangankan Jum’at pagi, besok pagi pun kalo Allah mau pasti uang itu
bisa kite dapetin. Yang penting yakin dan kerjain aja 3 hal itu!” Ustadz
Burhan sekali lagi meyakinkan.
Akhirnya Abdul Majid pun pulang bersama sepeda motornya.
Kamis siang pukul 13 tanggal 28 Juni 2007, Abdul Majid mengirim SMS
ke nomer ustadz Burhan. Sms itu berbunyi: ASSALAMU’ALAIKUM. SUDAH SIANG
GINI SAYA BELOM DAPET 3,5 JT. PADAHAL SUDAH SHODAQOH. ADA CARA LAIN GA?
Dari sms itu, Ustadz Burhan tahu bahwa Abdul Majid sedang panik. Maka
beliau pun membalas: KALO UDAH SEDEKAH, SEKARANG DOA AJA YANG
SUNGGUH-SUNGGUH DAN BERTAWAKKAL. PASTI ALLAH TOLONG!
Lama tidak ada balasan sms dari Abdul Majid. Ustadz mengira bahwa
Abdul Majid sudah mendapat pertolongan atas masalahnya. Namun pukul
19:56 ada sebuah sms lagi dari Abdul Majid masuk ke hpnya:
ASTAGFIRULLAHAL’ADZIM. KIRA2 SAYA DOSA APA YA? DO’A SAYA GAK DI QOBUL.
Menerima sms itu Ustadz Burhan turut merasa panik. Besok pagi padahal
sudah hari Jum’at. Hal yang membuat panik sang ustadz adalah bahwa
dirinya telah menggiring Abdul Majid untuk masuk ke jalan Allah Swt demi
menyelesaikan permasalahannya. Ustadz Burhan khawatir, andai saja
pertolongan Allah itu tidak datang, pasti keyakinan Abdul Majid kepada
Allah Swt akan berkurang. Lama Ustadz Burhan berdoa kepada Allah Swt
agar dia berkenan memudahkan urusan Abdul Majid. Usai hatinya tenang,
sang ustadz membalas sms dengan menuliskan:
ALLAH GAK BUTA & TULI. DIA NGELIAT DAN NGEDENGER APA YANG KITA
PERLUIN. TERUS SAJA BERDOA DAN TAWAKKAL! SAYA JUGA BERDOA SEMOGA URUSAN
INI AKAN DAPAT PERTOLONGAN.
Abdul Majid tidak membalas sms. Ustadz Burhan mengira jangan-jangan
dia sudah tidak percaya lagi dengan kekuatan doa. Maka Ustadz Burhan pun
terus mendoakan Abdul Majid dan urusannya.
Hingga saatnya kira-kira pukul 9 pagi di hari Jum’at. Ustadz Burhan
mendengar suara dering masuk di hpnya. Namun karena beliau sedang berada
dalam kendaraan umum, maka hp itu tidak diangkatnya.
Tepat beberapa langkah setelah beliau turun dari metro mini yang
ditumpanginya, sekali lagi hpnya berdering. Beliau tidak sempat melihat
nomer penelpon pada display hp. Belum lagi beliau berucap salam,
terdengarlah suara yang begitu riang di seberang:
“Bang haji…. Alhamdulillah, Alhamdulillah! Ini Majid, saya sudah
dapat duit tiga setengah juta itu. Bukan pinjem lagi, kebetulan ada
orang ngasih… Alhamdulillah!”
Mendengar suara gembira itu, ustadz Burhan turut bersyukur. Beliau
pun bertanya, penasaran “Bagaimana ceritanya bisa dapet duit itu?”
“Entar saya datang ke rumah bang haji deh…. Biar bisa cerita
selengkapnya. Sekarang saya mau pulang ke kampung dulu, ngejar pembagian
raport. Mudah-mudahan besok pagi bisa bawa anak-anak main ke Jakarta!”
Telepon itu pun ditutup dengan diakhiri suara nada riang Abdul Majid.
Kini tinggal, ustadz Burhan bertanya-tanya darimana Allah mendatangkan
pertolongan itu?
Belakangan beliau tahu dari seseorang bahwa bupati dimana Abdul Majid
berada memberikan bantuan kepada sekolahnya persis sebesar uang yang
dibutuhkan oleh Abdul Majid.
Sungguh pertolongan Allah akan datang, maka janganlah mengeluh!
Salam
Oleh : Ustadz Bobby Herwibowo
0 komentar