
Para ulama adalah orang yang hidup sederhana. Jika mendapatkan harta sekian, mereka mensyukurinya dan merasa cukup (qana'ah) dengannya. Sebut saja misalnya Imam Ahmad bin Hanbal, Imam Ibnu Taimiyah, Rabi'ah al-Adawiyah, dan Sayyid Quthb. Mereka hidup melajang hingga wafatnya, tapi mereka tidak bersedih karena belum menikah. Imam Bukhari hingga wafatnya belum memiliki anak satu pun, tapi tak pernah sekalipun dalam hidupnya dia meratap karena tidak dikaruniai anak.
Kebahagiaan seseorang itu tidak diukur dari materi duniawi,
melainkan dari kebenaran yang sedang ditegakkannya dan kedekatannya pada
Allah SWT. Bersedih karena urusan-urusan duniawi tidaklah
menenteramkan hati dan tidaklah menambah kebaikan apa pun kepada kita.
Sebaliknya, kesedihan hanya menambah gejolak dalam jiwa kita.
Dikisahkan bahwa seorang laki-laki pernah mendatangi salah seorang tabi'in yang sedang menangis, maka orang itu menaruh belas kasihan kepadanya. Ia lalu bertanya, ''Apa yang menyebabkanmu menangis? Apakah ada rasa sakit yang kau alami?'' Tabi'in itu menjawab, ''Lebih dahsyat dari itu.'' Orang tadi bertanya lagi, ''Apakah kamu mendapat berita bahwa salah seorang anggota keluargamu meninggal dunia?'' Tabi'in itu menjawab, ''Lebih dahsyat dari itu.'' Orang itu bertanya lagi, ''Apakah kamu kehilangan hartamu?'' Tabi'in itu menjawab, ''Lebih dahsyat dari itu.''
Laki-laki itu pun berkata sambil terheran-heran, ''Lalu, apakah yang
lebih dahsyat dari semua itu?'' Tabi'in itu menjawab,
Semestinya memang
itulah yang harus kita sedihkan ....
''Kemarin, karena tertidur, saya lupa bangun malam (tahajud).''
Shalat yang tidak khusyuk, tidak mengisi waktu luang dengan amal
shalih, tidak qiyamul lail, atau tidak bersedekah. Atau, melalaikan
segala amal shalih lainnya padahal seharusnya kita sempat
mengerjakannya.
Kita bersedih mestinya karena bekal untuk akhirat belum terisi
penuh, padahal kita tak pernah tahu sampai batas mana usia kita. Lalu
kesedihan itu akan menggerakkan hati untuk menjadi manusia yang lebih
baik.
(Kafemuslimah.com)
(Kafemuslimah.com)

0 komentar