Hay friends, Dengerin lagu yuks
Hehehehe ..
Irra Agustiyanti

Female, 42 years

USU Ekonomi Manajemen

irra.feisal@windowslive.com

Inti Duta Surya

Tiban Riau Bertuah

Batam, Indonesia

'Hi...Wish u enjoy at My Blog.....'
Journey of Destiny

Rabu, 06 Mei 2015

Pelipur Lara Ketika Ditinggal Orang yang Dicintai Untuk Selamanya

Alangkah cepat hidup ini. Segalanya serasa datang tiba-tiba. Di antara kita tiba-tiba ada yang telah menikah. Tiba-tiba di antara kita telah beranak-pinak. Dan di antara kita ada yang pergi untuk selama-lamanya. Allah SWT merahasiakan bagaimana dan dimana Izroil akan mencabut nyawa kita, ketika terjadi kecelakaan lalu-lintas, di saat bermaksud tidur, malah tidur untuk selama-lamanya atau karena sebab mempunyai penyakit ini dan itu. Yang jelas itu semua hanya sebuah “cara” Allah untuk mengambil milikNYA. Ketika ajal sudah menjemput, segala apa yang dicintai dan diusahakannya sewaktu hidup ditinggalkannya, anak-istri yang katanya cinta dan sayang setengah mati, ternyata enggan untuk dibawa mati. Harta yang ia usahakan sampai harus meninggalkan sholat demi sebuah rapat, pertemuan dengan sang atasan, relasi dan sebagainya yang katanya super penting, ternyata ditinggalkannya!


Suatu hari dari keseluruhan hari-hari Rasulullah yang penuh manfaat. Jibril datang menemui Sang Rasul yang mulia. Ia datang membawa nasihat yang sesungguhnya untuk kita semua, yang mengakui menjadi ummatnya.
“Wahai Muhammad, hiduplah sesukamu tapi sesungguhnya engkau pasti mati. Berbuatlah sesukamu, sesungguhnya engkau pasti dibalas menurut perbuatanmu itu. Cintailah siapa saja yang engkau kehendaki, tetapi sesungguhnya engkau akan berpisah dengannya. Ketahuilah bahwa kemuliaan seorang mukmin itu karena shalat malamnya dan kebesarannya ialah tidak butuhnya (zuhud) kepada manusia.”
 Kedalaman makna yang terkandung lewat pesan Jibril di atas harus dipahami secara baik.

“Hiduplah sesukamu, sesungguhnya engkau pasti mati”
Sebagai orang yang meyakini akan ada apa di balik setelah kematian, pasti kalimat tersebut menjadi pemicu untuk tidak berbuat sesukanya, karena kita pasti mati.

“Berbuatlah sesukamu sesungguhnya engkau dibalas menurut perbuatanmu”
Justru kita dilarang untuk berbuat sesuka hati, karena semuanya pasti ada pertanggungjawabannya, dan seterusnya.

Alangkah indah nasihat itu, tidak saja dari kata-katanya, tapi dari maknanya yang begitu dalam. Disampaikan dalam rangkaian kategori yang saling berkaitan antara yang satu dengan yang lainnya. Bagi seorang mukmin yang mau mendengar dengan pendengaran iman, manakala mendengar pesan Jibril itu, seketika akan terasa tersentak, tersadar, seperti orang yang sedang asyik dengan lamunannya tiba-tiba dikagetkan. Dan begitulah hakekat sebenarnya, dunia bagaikan lamunan, bayangan yang takkan pernah tiba suatu kebahagiaan yang hakiki, abadi, ketika kita mendapatkan suatu kebahagiaan, rasanya kebahagiaan itu milik semua orang, sehingga kita tidak peduli lagi bahwa di lingkungannya terdapat orang yang sedang ditimpa nestapa. Dan rasanya kebahagiaan itu tidak akan pernah pergi dari sisi kita, tapi pasti dalam hitungan jam, minggu, bulan atau pun tahun, kebahagiaan itu akan berputar diganti kedukaan, dan ketika kedukaan itu menimpa diri kita, rasanya hanya diri kita yang mendapatkan musibah seperti ini, maka dia putus asa, mengeluh terhadap Tuhannya. Lebih dari itu, nasihat tersebut secara halus dan sederhana menegaskan, bahwa seperti apapun hidup kita pasti menemui K E M A T I A N . Hidup dengan serba apa yang diinginkan bisa tercapai, mati! Hidup dengan mengandalkan uluran tangan orang lain, mati! Hidup di jalan yang dimurkai Allah, mati! Hidup dalam keadaan taat terhadap Rabbnya, mati!

Hidup adalah perjalanan, stasiun pertamanya adalah kelahiran, stasiun berikutnya adalah kematian. Sesudah itu adalah perhitungan amal. Allah SWT menegaskan,
“Tiap-tiap berjiwa akan merasakan kematian, dan sesungguhnya hari kiamatlah disempurnakan pahalamu. Barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke surga, maka ia sungguh telah beruntung. Kehidupan ini tidak lain hanya kesenangan yang memperdayakan.” (QS. Ali Imran:185)

Bagi orang-orang yang ditinggal oleh orang yang dikasihi dan dicintai, misalnya ditinggal oleh orang tua, istri/suami, anak ataupun sanak saudara, pasti menyakitkan, kecewa, putus asa, rasa sepi, rasa kehilangan, rasa ingin menyusul ke liang lahat sempat terbersit dalam benaknya.

Bagi orang yang mengetahui bahwa sesudah kehidupan ada kematian, tidak akan larut dalam kesedihan, sehingga melumpuhkan aktivitas hidupnya. Dia akan cepat mendapatkan “hiburan” yang datang dari Allah SWT dan Rasul-Nya. Allah SWT banyak memberi petunjuk yang bisa menenangkan jiwa di kala dalam situasi segenting seperti itu, menyediakan waktu untuk tetap “berhubungan” dengan Allah adalah cara yang paling efektif sehingga seseorang bisa melewati masa-masa kesedihannya.

Ada beberapa point untuk dijadikan “hiburan” agar kita bisa menyikapi rasa kehilangan dan kesepian saat ditinggal oleh orang-orang yang dicintai.

PERTAMA, meyakini bahwa segala sesuatu yang terjadi adalah ketetapan Allah, baik orang mu’min atau kafir, shalih atau durhaka, kaya atau miskin, pejabat atau rakyat, pasti akan mendapatkan ujian dalam hidupnya dalam bentuk dan kondisi yang berbeda. Ada orang yang menderita karena suatu penyakit fisik. Ada orangyang menderita karena didurhakai anaknya, ada orang yang menderita karena perlakuan dari pasangan hidupnya, ada orang yang menderita karena tidak ada ketenangan dalam batinnya. Dan lain sebagainya. Inilah sunatullah dalam konsekuensi atas penciptaan-Nya.
“Dan sekali-kali engkau tidak akan mendapati dalam sunatullah itu pergantian.”(QS. Fathir:43)

KEDUA, perpisahan dengan orang yang terkasihi di dunia adalah sementara. Karena dunia ini pun sementara. Kita juga menjalani hidup sementara. Tidak ada yang abadi di dunia ini. Karenanya perpisahan dari orang yang dicintai, juga sementara sifatnya. Jika Allah SWT berkehendak, siapa yang dapat menghalangi. Kesedihan dan rasa kehilangan harus diatasi dengan keyakinan bahwa perpisahan itu akan berakhir dengan pertemuan yang lebih indah dan abadi melalui izin-Nya. Membangun keyakinan memang sulit, seperti merajut mimpi. Tapi itulah jalan satu-satunya. Keyakinan akan mampu mensuplai energi besar untuk tetap dapat melanjutkan kehidupan. Banyak aktivitas positif yang bisa memberi peluang untuk pertemuan kelak yang abadi. Dengan memperbanyak amal sholeh, mendo’akannya, melaksanakan amanah yang ditinggalkannya, menjalin silaturrahim dengan sanak keluarga dan sebagainya. Sabda Rasulullah SAW,
”Apabila anak Adam meninggal dunia, maka terputus amalnya, kecuali tiga perkara yaitu sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak sholeh yang mendo’akannya. (HR. Muslim)

KETIGA, yakin bahwa ketetapan Allah berupa meninggalnya orang-orang yang dicintai itu lebih ringan dan lebih mudah dari ketetapan Allah lain yang mungkin terjadi. Ketetapan Allah bagaimana pun pahitnya, harus dipandang dan diyakini sebagai pilihan yang paling mudah bagi kita. Inilah yang dikatakan Ummar bin Khatab ra,”Segala puji bagi Allah yang hanya memberi musibah pada tubuhku, bukan hatiku. Alhamdulillah jika Allah hanya memberi musibah dalam hartaku, bukan pada agamaku. Alhamdulillah Allah memberiku satu kali tidak dua kali.” Kata Indonesia yang sederhananya, “masih untung”.

KEEMPAT, yakin bahwa ketetapan Allah memiliki hikmah yang lebih baik. Hikmah itu ada banyak, salah satunya bisa berbentuk teguran Allah SWT terhadap sesuatu yang menjadi kekurangan kita dalam berbagai sisi. Bisa dalam aspek menunaikan hak Allah dan agama-Nya, hak orang tua, hak keluarga, hak tetangga kaum muslimin. Allah mengatakan ujian-ujian itu adalah agar kita kembali kepada Allah,
”Dan Kami uji mereka dengan kebaikan dan keburukan, agar mereka kembali.”(QS. Al Araf:168) 
Dan musibah bisa menghapus dosa-dosa dan keburukan di masa lalu. Dihapuskannya dengan ujian di dunia jauh lebih ringan dan lebih baik ketimbang azab di akherat. Rasulullah mengajarkan kepada kita bagi orang-orang yang ditinggal mati oleh anak-anaknya. “Ya Allah, ia sebagai simpanan/investasi pendahuluan bagi ayah ibunya, kebajikan yang didahulukan menjadi pengajaran, ibarat dan syafa’at bagi orang tuanya. Beratkanlah timbangan amal kebajikan ibu bapaknya, serta berilah kesabaran di hati keduanya. Dan janganlah menjadi fitnah bagi ayah ibunya sepeninggalnya, dan janganlah Engkau menghalangi sampainya pahala kepada kedua orang tuanya.”

KELIMA, musibah bagaimana pun bentuknya adalah pengingat kita untuk lebih dekat kepada Allah SWT. Musibah, kecil maupun besar adalah balasan Allah atas dosa-dosa yang pernah kita lakukan. Setelah diuji dengan musibah demi musibah, seseorang ketika menghadap Allah dalam keadaan bersih dari dosa. “Orang-orang yang apabila tertimpa musibah mereka mengatakan: Inna lillahi wainna ilaihi raji’un (sesungguhnya kami ini milik Allah dan akan kembali kepada-Nya) mereka itu mendapatkan salawat (pujian) dan rahmah. Merekalah orang-orang yang mendapat petunjuk.” Rasulullah menganjurkan untuk selalu mengembalikan (istirja’) segala urusan walaupun sepele (hanya putus tali sandal).

KEENAM, keberpisahan dengan yang dicintai bila disikapi dengan sabar akan dibalas oleh Allah dengan sesuatu yang lebih baik. Abu Salamah ra mengatakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda,
”Seseorang yang tertimpa musibah lalu ia berkata: inna lillahi wainna ilaihi roji’un dan berdo’a: Allahumma ajirni fi musibatii wakhluf liya khairan minhaa (Ya Allah berilah aku pahala dalam musibah ini dan gantikanlah untukku dengan yang lebih baik daripadanya) niscaya Allah akan memberi pahala karena musibah itu dan menggantikan untuknya dengan yang lebih baik.”(HR. Muslim)

KETUJUH, kematian tidak selalu merupakan pertanda keburukan yang patut disesali kejadiannya. Berapa banyak kematian yang justru mengantarkan seseorang mendapat keluasan rahmat dan maghfirah Allah SWT. Rasulullah bersabda,
”Siapa pun istri yang mati dan suaminya penuh keridhaan terhadap dirinya, niscaya ia akan masuk surga.”(HR. Tirmidzi)  
Perpisahan karena kematian memang menyakitkan. Tapi kita harus mengerti bahwa tak semua yang menyakitkan bagi kita adalah menyakitkan bagi mereka yang telah pergi.

Ada banyak sudut pandang yang bisa kita gunakan untuk menyikapi kedukaan ini. Ada banyak cara yang bisa kita lakukan untuk mengisi hari-hari sepi setelah kepergian orang-orang terkasih.

Marilah kita melihat kebaikan-kebaikan dari musibah itu. Mari kita lebih melongok kebaikan-kebaikan Allah di balik kesedihan itu. Mari kita songsong berbagai nikmat Allah yang akan menggantikan kedudukan mereka yang telah meninggalkan kita. Dan ber”siap”lah untuk mengikuti “jejak” mereka yang telah mendahului kita, karena sesungguhnya setiap detik, jam, bulan, dan tahun yang kita lewati hanya akan menuju kepada satu tujuan yang pasti, yaitu K E M A T I A N ! ! ! ! Wallahu’alam.




Print Friendly and PDF

Ditulis Oleh : Irrafeisal ~ Journey Of Destiny|We learn together to increase knowledge| we share knowledge and strengthen the friendship

Artikel Pelipur Lara Ketika Ditinggal Orang yang Dicintai Untuk Selamanya ini diposting oleh Irrafeisal pada hari Rabu, 06 Mei 2015. Terimakasih atas kunjungan Anda serta kesediaan Anda membaca artikel ini. Kritik dan saran dapat Anda sampaikan melalui kotak komentar. Semoga Artikel Pelipur Lara Ketika Ditinggal Orang yang Dicintai Untuk Selamanya ini bermanfaat. Dan Apabila friend Irrafeisal ingin artikel ini ada di postingan Anda, silahkan di copy paste aja, agar bisa menyebarkan lebih luas lagi ilmu yang bermanfaat...

Get free daily email updates!

Follow us!



Share to Facebook Share this post on twitter Bookmark Delicious Digg This Stumbleupon Reddit Yahoo Bookmark Furl-Diigo Google Bookmark Technorati Newsvine Tips Triks Blogger, Tutorial SEO, Info

0   komentar

Cancel Reply








Google PageRank Checker
DMCA.com

Daisy

Daisypath - Personal pictureDaisypath Anniversary tickers

backlink

Website Backlink Service


Auto Backlink Gratis : Top Link Indo

Auto Backlink Gratis : Top Link Indo



Beats Dofollow

Banner Qinthani : Top Link Indo
>