Entahlah. Pun hingga sekarang saya masih tetap saja mencari mereka berdua. Meski saya hafal betul mereka tak akan pernah kemana-mana. Mereka masih di tempat yang sama. Hanya saja kadang bentuknya sudah berbeda. Berubah sesuai dengan apa yang menjadikan saya dewasa. Berganti penampilan sesuai dengan lingkungan yang membentuk pola pikir saya tentang arti damai dan makna bahagia.
Tapi ada satu hal yang masih saya yakini hingga saat ini. Bahagia itu sudah ada di dalam hati saya sejak dulu. Tinggal menunggu waktu dan kesediaan hati saya untuk sedikit merunduk dan menengok ke dalamnya, apakah bahagia masih duduk manis di tempatnya.
Oleh karena itulah Allah ta’ala berfirman:
الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ اللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ“Ingatlahlah bahwa dengan berdzikir(mengingat-Ku); hati-hati akan menjadi tenang“. (QS. Ar Ra’d: 28).
Oleh karena itu pula Nabi –shallallahu alaihi wasallam– mengatakan kepada sahabat tercintanya Abu Bakar, saat puncak kecemasan menghampirinya di dalam goa, sebagaimana dikisahkan oleh Alqur’an (yang artinya):
لَا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا“Janganlah bersedih, karena sungguh Allah bersama kita“. (QS. At Taubah: 40).
Oleh karena ini pula, Allah memerintahkan kepada mereka yang terkena musibah untuk mengatakan:
إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ“Inna lillahi wa inna ilahi rojiun” (Sungguh kami milik Allah, dan sungguh hanya kepada-Nya kami akan kembali). (QS. Al Baqarah: 156).
Oleh karenanya, ketika memerintahkan bersabar, Allah berfirman:
وَاصْبِرُوا ۚ إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ“Bersabarlah kalian, karena sesungguhnya Allah bersama orang yang bersabar“. (QS. Al-Anfal: 46).
Oleh karena ini pula, mereka yang baru masuk Islam akan merasakan kebahagiaan yang tiada tara, karena kontrasnya jarak mereka dengan Allah, antara sebelum masuk Islam dengan sesudah masuk Islam. Kebahagiaan itu ketika kita semua dekat dengan kekasih hati kita. Allah yang Maha Pengasih dan Maha Mengasihi.
Ya Allah sayangilah kami, dan ampunilah kami, karena kebodohan kami tentang-Mu… Sungguh Engkau Maha Dekat dan sudi memperkenankan doa kami. Aamiin Allahumma Aamiin
Damai pun sama. Tak perlu mencarinya ke ujung dunia. Cukup meluangkan waktu agar membebaskan hati.
Hati yang selalu bersyukur – Memiliki jiwa yang menerima seadanya tanpa angan-angan kosong tidak berpijak di alam nyata, tidak ada tekanan. Inilah nikmat bagi hati yang selalu bersyukur. Seorang yang pandai bersyukur sangat memahami sifat Allah SWT. Apa saja diberikan Allah kepadanya, ia terasa sungguh terhutang budi, berterima kasih, terpesona dengan pemberian dan keputusan Allah. Apabila berhadapan kesulitan, terus mengingati sabda Rasulullah SAW yang bermaksud: “Jika kita sedang susah perhatikanlah orang yang lebih susah daripada kita. Apabila diberi kemudahan, ia bersyukur dengan menggandakan amal ibadahnya, kemudian Allah akan mengujinya dengan kemudahan lebih besar lagi. Bila ia tetap istiqamah dengan terus bersyukur, maka Allah akan mengujinya lagi dengan kemudahan yang lebih besar lagi.”
Pasangan hidup yang saleh – Pasangan hidup yang saleh akan menciptakan suasana rumah dan keluarga harmoni serta aman damai. Berbahagialah menjadi seorang isteri kepada suami yang saleh dan berusaha membawa isteri serta anak mencari keredaan Allah. Demikian pula seorang isteri yang saleh, akan memiliki kesabaran dan keikhlasan luar biasa dalam melayani suaminya. Maka berbahagialah menjadi seorang suami yang memiliki isteri saleh.
Anak yang saleh – Satu ketika Rasulullah SAW sedang bertawaf bertemu dengan seorang pemuda yang melecet bahunya. Selepas selesai tawaf Rasulullah SAW bertanya kepada pemuda itu: “Kenapa bahumu itu? Jawab pemuda itu: Ya Rasulullah, saya dari Yaman, saya mempunyai seorang ibu yang sudah uzur. Saya sangat mencintai dia dan saya tidak pernah melepaskan dia. Saya melepaskan ibu saya hanya ketika buang hajat, solat, atau berehat. Selain itu selalu mendukungnya (dibahu). Lalu anak muda itu bertanya: Ya Rasulullah, apakah aku sudah termasuk ke dalam orang yang sudah berbakti kepada orang tua? Nabi SAW sambil memeluk anak muda itu dan mengatakan: Sungguh Allah reda kepadamu, kamu anak saleh, anak yang berbakti. Tetapi anakku ketahuilah, kamu tidak akan mampu membalas cinta orang tuamu.”
Lingkungan kondusif untuk iman kita – Yang dimaksudkan lingkungan yang kondusif ialah suasana keliling dan sahabat rapat memberi nilai tambah terhadap keimanan kita. Rasulullah SAW menganjurkan kita selalu bergaul dengan orang saleh yang mengajak kepada kebaikan dan mengingatkan kita apabila berbuat salah. Orang saleh adalah orang yang bahagia kerana nikmat iman dan Islam selalu terpancar pada cahaya wajahnya. Insya-Allah cahaya itu akan ikut menyinari orang di sekitarnya.
Harta yang halal – Riwayat Imam Muslim dalam bab sedekah, Rasulullah SAW pernah bertemu dengan seorang sahabat yang berdoa mengangkat tangan. “Kamu berdoa sudah bagus,” kata Nabi SAW, Namun sayang makanan, minuman, pakaian dan tempat tinggalnya didapatkan secara haram, bagaimana doamu akan dikabulkan.” Berbahagialah menjadi orang yang hartanya halal kerana doanya sangat mudah dikabulkan Allah. Harta yang halal juga akan menjauhkan syaitan dari hatinya, maka hatinya semakin bersih, suci dan kukuh hingga memberi ketenangan dalam hidupnya.
Semangat untuk memahami agama – Allah menjanjikan nikmat bagi umat-Nya yang menuntut ilmu, semakin ia belajar semakin cinta ia kepada agamanya, semakin tinggi cintanya kepada Allah dan Rasul-Nya. Cinta inilah yang akan memberi cahaya bagi hatinya.
Umur yang berkat – Umur yang berkat artinya umur yang semakin tua semakin saleh, setiap detik diisi dengan amal ibadah. Seseorang yang mengisi hidupnya untuk kebahagiaan dunia semata, maka hari tuanya akan diisi dengan banyak bernostalgia mengenai masa mudanya. Orang yang mengisi umurnya dengan banyak mempersiapkan diri untuk akhirat (melalui amal ibadah), maka semakin tua semakin rindu ia untuk bertemu dengan Penciptanya. Tidak ada rasa takut meninggalkan dunia ini, bahkan ia penuh harap untuk segera berasakan keindahan alam kehidupan berikutnya seperti dijanjikan Allah.
Ya.. sesederhana itu. Damai dan Bahagia yang tak pernah pergi kemana-mana, tapi menunggu hati saya menjemput mereka. Untuk bermain dan menghabiskan waktu bersama sambil mengisi pundi-pundi udara yang pernah terenggut paksa oleh IbuKota yang jumawa.
Damai pasti Bahagia....meski Bahagia tidak selalu beriringan dengan Damai.....
0 komentar