“We don’t go to the far extreme or whatever we are thinking or doing.”
و كذلك جعلناكم أمة و سطا لتكون شهداء على الناس
yang artinya: "Dan demikianlah kami telah menjadikan kamu (umat Islam) umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia." (Al-Baqarah ayat 143)
Rasulullah s.a.w. telah bersabda dalam hadisnya yang diriwayatkan oleh Imam Tirmizi:
yang artinya : “ Sebaik-baik perkara ialah yang paling sederhana” Kesederhanaan adalah budaya yang telah diterapkan oleh Rasulullah S.A.W. Budaya sederhana dan sentiasa mendaulatkan prinsip keadilan serta kemanusiaan inilah yang membentuk generasi Islam yang begitu mantap dan berkualitas. Generasi yang dididik oleh Nabi Muhammad S.A.W dengan ciri kesederhanaan dan penghayatan memahami Islam yang sejati berlandaskan cahaya al-Quran itulah yang akhirnya berhasil mengangkat panji-panji Islam ke seluruh dunia.
Zaman telah berkembang semakin pesat, jika tak bisa dikendalikan maka hidup manusia tak akan ada gunanya. Mode dan gaya hidup pun ikut menjadi ikon dalam hidup yang berkembang ini. Kekayaan semakin dituhankan, segala usaha dan cara dilakukan untuk mendapatkan kekayaan dan kehormatan di masyarakat. Berlomba – lomba untuk menambah aset hidup, persaingan disana sini, bahkan sampai permusuhan meraja lela, baik dengan cara kekerasan atau dengan cara halus. Merasa tak cukup, gengsi, ingin dianggap kaya, gaul, dll, adalah awal dari suatu keinginan untuk mendapatakan kehidupan yang serba mewah mengikuti perkembangan zaman. Dari situlah segala jenis kriminal tumbuh dan menjalar disekitar lingkungan manusia. Pencurian, mulai dari kalangan bawah sampai kalangan atas seperti para pejabat sudah terbiasa melakukan kriminal dalam hal pencurian uang, yang biasa kita dengar dengan KORUPSI. Dan masih banyak kriminal yang lainnya yang semestinya harus diselesaikan dan dicari akar masalahnya, bukan hanya ditahan dan dicegah.
Banyak yang menyalahartikan tentang arti kata “berpenampilan rapi”. Tampil rapi tidak harus dengan semua yang mewah, yang dibeli dari toko – toko ternama atau dari Mall. Ketika seseorang berkumpul dengan teman sekelompoknya, baik disekolah, diorganisasi, ataupun diarisan bagi para ibu – ibu, akan memikirkan dengan sangat berfikir kostum yang akan dikenakannya, dan rasa minder muncul ketika melihat penampilan teman yang lain lebih dari dia. Semua itu tidaklah benar, tampil rapi adalah suatu penampilan yang menunjukkan jati diri (agama, kepribadian, akhlak, dll), pula suatu penampilan yang sesuai dengan ajaran agama. Agama islam tak pernah mengajarkan ummatnya untuk berpenampilan yang mewah atau berlebih – lebihan. Dalam Al – Quran Allah bersabda:
يا بني أدم خذوازينتكم عند كل مسجد وكلوا واشربوا ولا تسرفوا إنه لا يحب المسرفينArtinya : Hai anak Adam, pakilah pakaianmu yang indah di setiap ( memasuki ) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih – lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai oarang – orang yang berlebiha- lebihan. (QS. AL – A’rof : 31 )
Rasulullah SAW adalah uswatun hasanah, telah memberikan teladan yang baik kepada ummat manusia, tak terkecuali tentang “kesederhanaan”. Kesederhanaan dalam segala hal, mulai dari tempat tinggal, sandang, pangan, dll dalam hidup manusia. Rosululllah SAW dan para sahabat – sahabatnya, menjadikan hidup mereka untuk memperjuangkan, mengembangkan dan memperkaya agama Islam dan seluruh ummat manusia, tak pernah memikirkan untuk memperkaya diri dan keluarga mereka dengan semua knikmatan dunia.
Ketahuilah bahwa semua yang ada didunia ini hanyalah perhiasan dunia yang hanya sementara, yang tak dapat dibawa unutk kelak hidup di akhirat. Semua yang ada didunia ini hanya ilusi semata, diibaratkan seperti hipnotis, jika iman dan ketaqwaan kurang kuat didalam diri manusia, maka dengan mudah manusia akan terperdaya oleh hipnotis keindahan dunia ini.
Memiliki dan berusaha untuk memiliki kesenangan hidup memang perlu, tetapi dalam mencari itu harus dibarengi dengan selalu mengingat dan mendekatkan diri kepada Allah, dan dalam memiliki dan merasakan kenikmatan ataupun kesenangan dunia harus dengan cara yang telah diajarkan oleh agama Allah. Dalam menikmati semua itu tak perlu dengan sikap yang berlebih – lebihan. Tak ada salahnya untuk berhibur diri dengan menikmati kenikmatan dan kesenangan dunia ini, tetapi apabila salah dalam memlilihnya membuat diri akan merasa bersalah dan jauh akan rahmat Allah. Kehidupan dunia dan akhirat memang harus seimbang, ketika manusia disibukkan dengan dunia mereka, mereka juga harus tetap menjalankan kewajiban dan tugas mereka sebagai makhluk Allah, terutama ummat islam.
Allah berfirman :
يا أيها الذين أمنوا ما لكم إذا قيل لكم ا نفروا في سبيل الله اثاقلتم إلى الأرض أؤضيتم بالحيوة الدنيا من الأخرة فما متاع الحيوة الدنيا في الأخرة إلاقليلArtunya : Hia orang – orang yang beriman, apakah sebabnya bila dikatakan kepadamu : “Berangkatlah (untuk berperang) pada ja;an Allah” kamu merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu? Apakah kamu puas dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat? Padahal kenikmatan hidup di dunai ini (dibandingkan dengan kehidupan) di akhirat henyalah sedikit. (QS. At Taubah : 38).
Ada pula yang mengartikan kesederhanaan seperti ini, kesederhanaan berarti mencari sebanyak-banyaknya, dan menggunakan sebatas keperluan. Kesederhanaan nampaknya dapat di pandang dari pelbagai sudut, dari sudut pertama sebagaimana yang di ungkapkan diatas, yang berarti kesederhanaan yang terbentuk merupakan buah dari perenungan yang mendalam, buah dari kecerdasan, buah dari kehebatan, dan buah dari pengalamannya. Ia sebenarnya mampu untuk menampilkan suatu hal yang rumit, yang ndakik-ndakik, akan tetapi ia lebih memilih tampil secara sewajarnya, apa adanya, dan simpel , kalaulah ketiga kata yang saya maksud itu mewakili makna kesederhanaan.
Dari sudut kedua, kesederhanaan dapat dipandang bahwa dia memang tidak mampu. Ketidakmampuannya itulah yang membuat ia tampil secara lebih sederhana. Ketidakberdayaannya membuat ia tampil apa adanya. Jadi bagi saya yang kedua lebih mempunyai makna yang pasif, karena ia memang terpaksa atau dipaksa oleh keadaan untuk tampil seperti itu, tidak ada pilihan lain. Akan tetapi dalam tiulisan ini mungkin akan dibahas untuk sudut pertama, karena mungkin sederhana yang di buatnya lebih dinamik. Namun demikian saya merasa bahwa jika kesederhanaan yang diakibatkan ketidakmampuannya itu lebih diberdayakan bisa dimungkinkan ia akan melahirkan kualitas kesederhanaan sebagaimana kesederhanaan pada sudut pandang yang pertama.
Ingin menjadi seorang yang dapat hidup dalam kesederhanaan, itikad dan kebiasaan hidup seperti itulah yang harus dijunjung tinggi, tetapi tentunya tidak meninggalkan usaha untuk meningkatkan kehidupan yang layak pula. Karena adanya perubahan zaman yang terus tanpa henti sangat memungkinkan akan mengalami perubahan dalam kehidupan nyata, sudah dipastikan akan mengalami hal-hal yang baru dimana akan termasuk didalamnya hal-hal yang mungkin tidak diinginkan. Jika hal yang tidak diinginkan tersebut terjadi, apa jadinya? Tentu sangatlah berat, karena solusinya belum tentu akan didapatkan dengan mudah. Intinya, sederhanalah dalam hidup dengan memperhatikan kemungkinan hal-hal yang akan terjadi di sisa waktu yang masih dihadapi.
Fatis syuhud menguraikan kata sederhana yang sangat indah dan penuh makna, ia memiliki jiwa yang tidak jauh berbeda dengan uraian yang dikupasnya, hidup sederhana sebagai pilihan (mohon maaf tanpa ijin sebelumnya, sebagian tulisannya saya kutip disini). Menurutnya, “kalau kita beruntung secara materi, pilihlah hidup sederhana dan bangga dengan kesederhanaan itu. Kalau kita kurang beruntung, mari sama-sama bekerja keras untuk menuju hidup yang lebih baik secara materi dan pola pikir (mindset).” Ia menceritakan seorang Dubes Wilfred Hoffman yang hidup sederhana. Hidup sederhana bukan karena tidak punya uang untuk hidup mewah. Tapi karena ia memang “sengaja memilih untuk hidup sederhana”. Jadi hidup sederhana sebagai pilihan yang membanggakan, bukan sebagai keterpaksaan. Dimana, mereka bangga dengan kesederhanaan itu, karena mereka merasa hidupnya menjadi lebih bermakna dan bermanfaat: kelebihan uang mereka disalurkan untuk yayasan-yayasan anak yatim, mengambil anak asuh, untuk orang-orang miskin, dan lain-lain.
Salah satu contohnya yang paling monumental yang mungkin kita telah ketahui juga yaitu Albert Nobel. Inventor (penemu) dan pemilik lebih dari 300 hak paten berbagai penemuan teknologi baru. Dia milyarder yang hidup sederhana dan memiliki komitmen tinggi terhadap keilmuan dan kemanusiaan. Ketika meninggal, tak sepeserpun hartanya dia wariskan ke anaknya. Sebaliknya, ia tumpahkan seluruh harta kekayaannya untuk Nobel Foundation, pemberi hadiah Nobel untuk para ilmuwan dunia yang berhasil meraih prestasi gemilang di bidang masing-masing. Albert Nobel sudah meninggal puluhan tahun lalu, tapi namanya selalu dikenang di seluruh dunia sampai sekarang. Kuncinya, karena ia memilih hidup sederhana, kendati ia lebih dari mampu untuk membeli kemewahan apapun yang menjadi impian banyak orang.
Lantas bagaimana cara kita hidup sederhana? Begitu mudah untuk diucap tetapi begitu sulit untuk dilakukan, tak terkecuali bagi penulis ini, masih belajar untuk hidup sederhana.
0 komentar