“Sebuah perahu kecil bertolak dari dermaga mengarungi lepas pantai..
Menuju pulau Asa..
Sesekali ombak menerjang membuat perahu oleng..
Sesekali angin kencang menghempas..
memalingkan arah perahu dari tujuan..
Nampak sepasang insan ditengah perahu, sesekali mengencangkan pegangan dan mengerutkan dahi menahan hempasan ombak..
Namun senyum kembali hadir seiring langit yang cerah mengusir kelamnya badai..”
Barangkali itulah gambaran sepasang insan yang mengikat perjanjian untuk mengayuh biduk pernikahan mengarungi kehidupan berumah tangga. Setiap insan pasti menginginkan biduknya sampai ke tujuan dengan selamat, meraih kebahagiaan hakiki dunia dan akhirat. Lalu bagaimanakah sang nahkoda bisa membawa pujaan hatinya dalam biduk pernikahan ini meraih kebahagiaan kehidupan berumah tangga menerjang ombak dan badai yang menghadang? Semoga sedikit tulisan ini bisa memberi manfaat untuk saudara-saudaraku.
Sebagaimana mengarungi samudera, pernikahan adalah sebuah perjalanan yang membutuhkan bekal. Bukan bekal materi semata namun ada yang jauh lebih berharga dari itu yaitu taqwa kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Allah berfirman :
“Berbekallah kalian! Dan sebaik-baik bekal adalah taqwa“. (QS. Al Baqarah 197)
Mari kita lihat seberapa berharga bekal yang bernama taqwa ini!
Taqwa adalah bekal yang mengantarkan seorang insan meraih keberhasilan sebagaimana Allah tegaskan dalam firman-Nya:
“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa meraih kemenangan” (QS. An Naba: 31).
Berhasil mengalahkan berbagai terpaan badai fitnah syubhat dan syahwat. Maka baginya kemenangan yang agung, sorga Allah subhanahu wa ta’ala.
Taqwa akan mengantarkan pemiliknya ke tempat yang aman sebagaimana firman Allah jalla dzikruhu :
“Sesungguhnya orang yang bertaqwa berada dalam tempat yang aman” (Ad Dukhan: 51).
Tempat yang aman tidak ada didalamnya ketakutan atau kegalauan tetapi ketenangan, kemapanan, ketentraman jiwa dan kelapangan, sorga yang penuh dengan kenikmatan. Tentu setiap insan menginginkan sampai ke tempat ini maka wajib baginya untuk membekali diri dengan taqwa.
Taqwa akan mendatangkan jalan keluar dari berbagai kesulitan. Allah ‘azza wa jalla berfirman :
”Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah maka Dia akan menjadikan baginya jalan keluar” (QS. Ath Tholaq: 2).
Saudaraku, berapa banyak ombak dan badai akan menghempas biduk kita?
Berapa banyak kesulitan dan masalah menimpa rumah tangga kita?
Namun Allah subhanahu wa ta’ala akan berikan jalan keluar dan kemudahan apabila kita senantiasa berbekal dengan taqwa sebagaimana dalam ayat setelahnya Allah berfirman :
“Dan barang siapa bertaqwa kepada Allah maka Dia akan jadikan kemudahan dalam urusannya” (QS. Ath Tholaq: 4).
Cukuplah ayat-ayat ini menjadi dalil betapa berharganya bekal taqwa ini dalam mengarungi perjalanan kehidupan berumah tangga.
Mungkin sang nahkoda ingin bertanya bagaimana berbekal dengan taqwa ini? Berkata shohabat yang mulia ‘Abdullah bin Mas’ud ketika menafsirkan :
”Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa”.(QS. Ali ‘Imran : 102)
Subhanallah! Bimbingan yang agung, yang denganya tegaklah agama seseorang. Hendaknya setiap orang melihat keadaan dirinya. Sudahkah kita mengingat Allah dalam setiap langkah kita? Sudahkah kita bersyukur atas segala kenikmatan yang Allah anugerahkan kepada kita sedikit atau banyak? Sudahkah kita meninggalkan maksiat kepada Allah? Barangsiapa melihat dirinya lemah pada salah satu dari perkara-perkara ini maka bersegeralah untuk menyempurnakannya untuk meraih kesempurnaan taqwa.
Dalam setiap orang pernikahan memiliki persepsi masing-masing. Sekedar pengesahan hubungan oleh agama dan negara misalnya. Dianggap demikian karena pernikahan telah didahului dengan suatu proses yang dinamakan pacaran.
Menikah sekedar kewajaran saja. Wajar karena seseorang sudah memasuki usia dewasa. Wajar karena teman-teman seusianya sudah menikah. Ya memang begitu saja. Sewajarnya sebuah tahapan kehidupan yang kehilangan makna.
Menikah adalah ibadah. Nampaknya alasan yang sangat klise. Alasan inilah yang coba kupilih. Menikah adalah ibadah. Awal penentu dari segala amalan adalah niatnya. Dalam urutan hadits Arbain pun, yang pertama adalah bab niat. Dalam buku2 fiqih, segala ibadah haruslah diawali dengan niat yang baik. Bagaimana niat yang baik dan benar? Tentu saja karena ibadah karena Allah (semoga Allah selalu menjaga kelurusan niat ini). Niat karena Allah, mendambakan sebuah keluarga yang akan mendatangkan kasih sayangNya, mendatangkan barokahNya, mencintai pasangan kita kelak karena Allah. Bersama pasangan kita kelak, cinta pada Allah akan selalu tumbuh dan berkembang.
Pernikahan adalah ibadah kepada Allah. Menjaga frame ini semoga menjadikan diri kuat berpendirian. Pendirian bahwa suatu ibadah harus dilaksanakan dengan baik segala proses yang menyertainya. Jika niat telah ditata dengan mantap, menjaga niat adalah tantangan tidak mudah. Godaan bisa saja akan silih berganti. Ah manusia memang begitu. Pertanyaan besarnya adalah, pantaskah sebuah ibadah yang baik diawali dengan perbuatan-perbuatan yang salah? Kembali pada masalah keberkahan, akankah berkah suatu ibadah jika diawali dengan proses yang keliru? Allah jagalah hati ini. Teguhkanlah di atas agamaMu.
Menikah adalah tentang memberi tanpa batas. Bukan menuntut tanpa batas. Saat ekspektasi mungkin tidak sesuai realita, maka manusia cenderung menuntut sesuai dengan yang dia inginkan. Hey, bukankah manusia menikah juga dengan manusia? Apakah pantas mengharap seorang Muhammad saat diri ini tidak sebaik Khadijah?
Saling memberikan yang terbaik, melangkapi kekurangan. Begitu nasihat yang sering kudengar. Suatu saat nanti itulah yang ingin aku praktikkan. Alangkah indahnya jika masing-masing pihak saling ikhlas memberi, bukan menuntut kesempurnaan memenuhi ekspektasi diri. Sulit memang, karena wanita dan pria sejatinya sangat berbeda dalam sifat. Belajar dan terus belajar. Saling memahami bukan menjatuhkan. Selalu saling berusaha mempersembahkan yang terbaik dari diri masing-masing. Kekurangan diri tidak lantas menjadi alasan untuk selalu dimaklumi, berbenah bersama menjadi lebih baik bersama.
Realita kehidupan pernikahan kadang tidak selalu semanis gulali atau sesederhana kisah-kisah dongeng pangeran dan putri. Belajar dari ayah, ibu, orang-orang di sekitar. Setiap orang akan selalu diuji. Ujian juga akan naik level. Kesenangan adalah ujian, kesusahan adalah juga ujian. Sabar dan sholat adalah obatnya. Allah mudahkanlah kelak dalam aplikasi nasehat ini. Ujian akan beragam bentuknya, menguji iman dan kesabaran. Kita punya Allah yang maha kuasa, bersama kesulitan ada kemudahan.
Bersiap siaplah.
Menikah adalah penggenap separuh agama. Dengan adanya si penggenap, kebermanfaat diri juga harus berlipat. Menjadi keluarga dakwah, keberadaanya membawa kebaikan bagi sekitarnya. Keberadaannya menjadi tauladan yang baik bagi sekitarnya. Kehadiran pasangan adalah penguat semangat menebar kebaikan, bukan sebaliknya. Sejatinya setiap manusia adalah da'i. Istiqomah di jalanNya para Nabi dan Rasul adalah suatu perkara yang mungkin saja tidak mudah di awal sebuah pernikahan. Proses adaptasi dengan suasana baru terkadang memerlukan perhatian yang ekstra. Agenda-agenda kebaikan yang dahulu telah terususun rapi bisa saja sedikit berantakan. Dalam situasi ini kita perlu segara, menjadi pembelajar cepat, menyesuaikan diri dengan segera agar tidak terlalu lama terlena. Masih ada ladang-ladang pahala yang perlu dikerjakan segera. Menikah bukan alasan menjadi tidak produktif dalam menebar benih-benih kebaikan. Semoga Allah memudahkan.
JannahNya adalah sebaik-baik tempat berkumpul dan sebaik-baiknya cita-cita keluarga. Alangkah mulianya pernikahan berorientasi Surga. Alangkah mulianya visi misi keluarga adalah surga. Segala yang dilakukan semoga selalu dalam jalan kebaikan agar kelak berjumpa lagi dalam JannahNya. Karena kembali ke kampung akhirat adalah sesuatu yang perlu dipersiapkan dengan sebaik-baiknya. Alangkah sia-sianya visi misi materi atau pangkat semata.
وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
Dan orang orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa. (Al Furqon : 74)
Inilah kayuhan perjalanan pernikahan kita…semoga Allah mudahkan kita pada kayuhan berikutnya…
Kita telah melalui masa-masa suka dan duka bersama sebagai pasangan suami istri, yang saling melengkapi, saling menggenapi. Kita tersenyum bersama, menjalani perjalanan kehidupan pernikahan kita yang penuh dinamika. Indah, lucu, getir dan juga mengesankan.Kau ajarkan aku menghiasi diri ini dengan akhlak dan keikhlasan. Kau bantu aku agar menjaga lisan dan kesabaran. Allah telah mempertemukanku dengan Mujahid terbaik untukku, karna kau pun tak pernah lepas dari mempekuat dirimu dengan taqwa dan keteguhan untuk menjagaku. Aku bersyukur kepada Allah SWT menjalani kehidupan pernikahan yang indah bersamamu. Jalan panjang dan terjal terbentang dihadapan kita, suamiku sayang. Tapi yakinlah, bersama-sama kita akan melewati semuanya dengan penuh keyakinan dan ketegaran. Semoga Allah SWT senantiasa melindungi dan menjaga kita dalam menempuh perjalanan itu.Terima kasih cinta, atas dedikasimu padaku. Tanpamu mungkin aku tak mampu mengenal dien ini secara baik, tanpamu mungkin aku lemah Tanpamu mungkin kini ku rapuh dalam menjalani indahnya mengenal agama Allah. Betapa aku bersyukur karna Allah mencintaiku dan mencintaimu sehingga kita dipertemukannya dalam Naungan CintaNya.Selamat Hari Ulang Tahun Perkawinan Suamiku Sayang Kita tidak sempurna tapi kita belajar saling mengasihi dengan cinta yang terus diusahakan. Jika Allah ijinkan, sampai kita tua nanti ya sayang. Jika Allah ijinkan… Sampai waktunya nanti… Selalu, aku sayang kamu.Sampai waktunya nanti..Allah menjemput kita.. dunia akhirat kita bersama… Aamiin Allahumma Aamiin Happy 8th Marriage Anniversary, My Luvly Hubby... +Andy Feisal
Maaf ya sayang belum bisa memberikan hadiah terindah buatmu,andaikan aku bisa punya pilihan aku ingin memberikanmu hadiah istimewa buatmu yaitu gadget/komputer sesuai dengan hobbymu,sayang... :)
0 komentar