Seorang lelaki yang hidup serumah dengan ibunya menikah dengan seorang perempuan..
Isterinya menolak jika tinggal serumah dengan ibu mertuanya..
Akhirnya sang anak dengan tega menitipkan ibunya di panti jompo..
Tiga tahun berlalu tanpa pernah menjenguk ibunya di panti jompo..
Kemudian sang ibu menulis surat untuk anaknya, lalu dititipkan kepada
perawat yang merawatnya dengan wasiat agar surat itu tidak diberikan
kepada anaknya kecuali setelah sang ibu meninggal dunia..
Ketika sang anak mengambil jasad ibunya untuk dikuburkan, perawat memberikan surat tersebut kepada sang anak..
Diantara isinya…
“Wahai putera kesayanganku.. Wahai jantung hatiku.. Bayanganmu selalu ada di mataku.. Tiga tahun ibu selalu menangis merindukanmu.. Kenapa kamu tidak pernah menjengukku puteraku?.. Ibu selalu teringat masa-masa indah bersamamu semenjak kecilmu sampai pernikahanmu.. Disini ibu sulit memejamkan mata karena kerinduan untuk berada disampingmu.. Ibu sakit seorang diri tanpa ada yang peduli.. Ibu ingin memandangmu setiap hari putera terkasihku.. Ibu berterima kasih atas kebaikanmu selama ini dan ibu maafkan semua kesalahanmu.. Ibu tulis surat ini dengan linangan air mata.. Hanya satu pinta ibu, jika ibu mati jangan pelit untuk berdoa dan memintakan ampunan untuk ibu.. Selamat jalan anakku.. Ibumu yang selalu merindukanmu”.
Oleh :
0 komentar